Senin, 17 November 2014

Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah “Populasi Fauna Tanah pada Lahan Pertanian dan Pengambilan contoh Fauna Tanah Di Lapangan”



I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Menurut Suhardjo et al. (2001) artropoda tanah yang termasuk dalam fauna tanah memiliki beberapa peran pada ekosistem pertanian, yaitu sebagai pelaku perombakan, pengatur perombakan dan pemencar mikrob, tranfer energi dan pengaliran mineral, pengendali komunitas dan populasi mikroflora, bioindikator, dan peningkat porositas dan aerasi tanah. Sedangkan menurut Lavelle dan Martin (1992) diacu dalam James (1996) meskipun cacing tanah diketahui sebagai dekomposer, cacing tanah dapat melindungi bahan organik dari kehancuran yang lebih lanjut pada sistem tropis yang lembab (scribd.com, 2012).
Sifat fisik tanah adalah kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara tanah. Sifat kimia tanah adalah reaksi tanah (pH tanah), KTK, kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sifat biologi tanah adalah meliputi aktivitas mikrobia perombak bahan organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara. Pengaruh sifat fisik tanah terhadap biologi tanah yaitu jika kelembaban maupun tata udara tanah baik maka dapat mempertahankan organism tanah. pada sifat kimia tanah pada saat pemupukan sangat berpengaruh terhadap biologi tanah yaitu mikroorganisme, dikarenakan penggunaan pupuk kimia berlebihan dapat membunuh organisme tanah karena ketidakseimbangan hara. Untuk meningkatkan organisme tanah, sebaiknya penggunaan bahan-bahan kimia harus secara tepat guna (tidak berlebihan), pupuk sebaiknya diberikan secara bertahap, dan kehidupan pemangsa-pemangsa (predator) alami harus dibina untuk mengendalikan serangan hama/serangga tertentu (Malem Mcleod, 2012).
Terdapat beberapa teknik pengambilan sampel fauna tanah antara lain yaitu metode random (acak) yaitu suatu cara mengambil anggota sampel tanpa pilih-pilih namu tetap didasarkan pada suatu aturan atau teknik tertentu, misalnya dengan teknik undian yaitu memberikan nomor urut kepada masing-masing anggota populasi kemudian memilih secara undi, teknik ordinal yang memilih secara  undi, denga aturan kelipatan bilangan tertentu. Metode plot (berpetak) adalah suatu metode yang berbentuk segiempat atau persegi (kuadrat) ataupun lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan meliang. Metode transek (jalur) untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode plot kurang praktis oleh karena itu digunakan metode transek, yang terdiri dari line intercept (line transect), Belt transect, Strip sensus. Selain itu juga terdapat terdapat teknik pengambilan sampel fauna tanah cacing tanah dan makroarthropoda yaitu metode sampling monolit dan hand sorting yaitu metode yang diadopsi pada prosedur ASB (Swift and Bignell, 2001) yang dimodifikasi, mempunyai fungsi untuk mengkoleksi cacing tanah dan makroarthropoda. Pada setiap sistem penggunaan lahan ditentukan antara 1 titik monolit. Pengambilan contoh monolit dilakukan pada lapisan : (1) seresah, di atas tanah mineral (2) tanah kedalaman 0-10 cm, (3) tanah kedalaman 10-20 cm, (4) tanah kedalaman 20-30 cm. Metode Pitfall trap (lubang perangkap), yang mempunyai prinsip kerja adalah menjebak serangga untuk masuk ke dalam botol yang ditanam ke dalam tanah dan dan sudah diisi dengan air sabun (Fadilah, 2013). 
Terdapat beberapa jenis fauna tanah yang berperan dalam lahan pertanian. Semua jenis fauna tanah yang ada umumnya sangat mempengaruhi kesuburan tanah bahkan bisa mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ukuran fauna tanah sangat beragam mulai dari binatang liar atau binatang peliharaan sampai pada fauna yang berukuran satu sel seperti protozoa yang berperan berperan dalam penghancuran seresah menjadi ukuran yang lebih kecil. Beberapa jenis fauna tanah antara lain yaitu protozoa yang berperan dalam dekomposisi bahan organik contohnya yaitu cacing. Jenis arthropoda permukaan tanah memiliki peranan penting  dalam ekosistem pertanian, arthropoda permukaan tanah berperan dalam jaringan makanan yaitu sebagai herbivore, karnivor, dan detrivor (Hesteria, 2011).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum dasar ilmu tanah dengan materi “Populasi Fauna Tanah pada Lahan Pertanian dan Pengambilan contoh Fauna Tanah Di Lapangan” yaitu mengenal fauna tanah beserta peranannya pada tanah.


II. BAHAN DAN METODE

2.1 Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktikum  dasar  ilmu tanah materi “Populasi Fauna Tanah pada Lahan Pertanian dan Pengambilan contoh Fauna Tanah Di Lapangan” di Laboratorium Budidaya Pertanian pada hari jumat tanggal 29 November 2013 pada pukul 09.00 - 10.40 WIB. Sedangkan di lapangan dari hari sabtu tanggal 30 November 2013  -  hari Kamis tanggal 5 Desember 2013 pada pukul 16.00 WIB-selesai di Kebun penelitian Jurusan Budidaya Pertanian.

2.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan yaitu air sabun (menjebak serangga agar tidak bisa keluar), kertas label (menulis sampel gelas). Sedangkan alat yang digunakan yaitu gelas aqua (sebagai wadah air sabun dan tempat untuk menjebak fauna tanah), penyangga dari kayu (penyangga atap), dan polibek/plastik (sebagai atap untuk menutupi sampel pengamatan).

2.3 Cara Kerja
a.       Memasukkan air sabun ke dalam gelas aqua
b.      Member label dengan 2 perlakuan (G1 dan G2)
c.       Memilih lokasi yang telah ditentukan.
d.      Menggali lubang sebesar  gelas air mineral. Mengatur gelas dalam lubang sehingga sisinya kelihatan benar-benar rata dengan permukaan tanah. Jika bibir gelas lebih tinggi, organisme akan berjalan mengelilingi tepi gelas dan tidak jatuh kedalam.
e.       Meratakan sersahan diatas gelas.
f.       Membuat atap diatas gelas untuk perlindungan air hujan.
g.      Biarkan gelas pada tempat tersebut selama 24 jam/minggu tetapi cek setiap harinya pada pukul 16.00 WIB.
h.      Menghitung fauna yang terperangkap di dalam gelas aqua menggunakan saringan the setiap harinya selama 1 minggu.
i.        Foto fauna yang ditemukan, kemudian mencatat hasilnya.

3.2       Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan diketahui bahwa terdapat 6 pengamatan fauna tanah menggunakan bahan air sabun, antara lain yaitu lahan non vegetasi, vegetasi pisang, kebun kedelai, vegetasi semak, vegetasi rumput gajah, dan vegetasi fauna pada lahan gambut.
Pada pengamatan fauna tanah di lahan non vegetasi terdapat 4 jenis fauna yang terperangkap yaitu semut, belalang, ulat bulu, dan laba-laba. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya senbagai berikut :
1.    Semut            : total rata-rata 26.
2.    Belalang        : total rata-rata 0,5.
3.    Ulat bulu       : total rata-rata 0,5
4.    Laba-laba      : total rata-rata 5,5
Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan non vegetasi adalah semut.
Pada pengamatan fauna tanah di lahan vegetasi pisang  terdapat 5 jenis fauna yang terperangkap yaitu laba-laba, semut, nyamuk, kutu, dan serangga. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya sebagai berikut :
1.    Laba-laba      : total rata-rata 8,5
2.    Semut            : total rata-rata 8,5
3.    Nyamuk        : total rata-rata 1,5
4.    Kutu              : total rata-rata 30,5
5.    Serangga       : total rata-rata 0,5
Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan vegetasi pisang adalah kutu.
Pada pengamatan fauna tanah di lahan vegetasi kedelai  terdapat 4 jenis fauna yang terperangkap yaitu kutu, ulat tanah, laba-laba, dan belalang. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya sebagai berikut :
1.    Kutu              : total rata-rata 90
2.    Ulat tanah     : total rata-rata 1,5
3.    Laba-laba      : total rata-rata 1
4.    Belalang        : total rata-rata 0,5
Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan vegetasi kebun kedelai adalah kutu.
Pada pengamatan fauna tanah di lahan vegetasi semak-semak terdapat 5 jenis fauna yang terperangkap yaitu laba-laba, ulat, kutu, semut, dan siput. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya sebagai berikut :
1.    Laba-laba      : total rata-rata 12,7
2.    Ulat               : total rata-rata 1,5
3.    Kutu              : total rata-rata 5
4.    Semut            : total rata-rata 2,5
5.    Siput             : total rata-rata 0,5
Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan vegetasi semak-semak adalah laba-laba.           
Pada pengamatan fauna tanah di lahan vegetasi rumput gajah  terdapat 4 jenis fauna yang terperangkap yaitu siput, lintah, ulat tanah, dan lalat buah. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya sebagai berikut :
1.    siput              : total rata-rata 1
2.    lintah             : total rata-rata 1,5
3.    ulat tanah      : total rata-rata 1
4.    lalat buah      : total rata-rata 0,5
Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan vegetasi rumput gajah adalah lintah.
Pada pengamatan fauna tanah di lahan vegetasi lahan gambut  terdapat 4 jenis fauna yang terperangkap yaitu laba-laba, semut, jangkrik, dan kecoa. Data tersebut di jumlahkan rata-ratanya sebagai berikut :
1.    laba-laba        : total rata-rata 7,5
2.    semut                        : total rata-rata 6
3.    jangkrik         : total rata-rata 2
4.    kecoa             : total rata-rata 0,5
 Berdasarkan total rata-rata yang diperoleh fauna yang dominan pada lahan vegetasi lahan gambut adalah laba-laba.
Dengan demikian dari beberapa jenis vegetasi jenis-jenis fauna yang diamati antara lain semut, belalang, ulat bulu, laba-laba, nyamuk, kutu, serangga ulat tanah, siput, lintah, lalat buah, jangkrik, dan kecoa. Dari beberapa jenis fauna yang diamati dapat diketahui bahwa fauna kutu yang paling dominan yang terdapat pada vegetasi kebun kedelai. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh penggunaaan pupuk organik/kandang yang diberikan pada vegetasi tanaman kedelai, dan banyaknya daun serta bunga pada kedelai sehingga banyak fauna-fauna kutu yang terdapat.
Dari beberapa jenis fauna yang ditemukan di berbagai jenis vegetasi yang telah diamati, keuntungan untuk pertanian sepertinya hanya sedikit. Hal itu, dikarenakan sebagian besar fauna yang ditemukan adalah hama perusak tanaman seperti pemakan daun, pemakan biji, dan lain-lain. Oleh karena itu, dari beberapa jenis fauna yang ditemukan merupakan jenis fauna yang merugikan di sektor pertanian sehingga kurang cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Terdapat keuntungan dalam bidang pertanian dari fauna yang ditemukan yaitu semut. Semut hewan tanah yang berperan penting dalam perombakan bahan organik. Semut memakan sisa-sisa organisme yang mati dan membusuk. Pada umumnya perombakan bahan-bahan organik dalam saluran pencernaan dibantu oleh berbagai enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mesenteron dan organisme yang secara tetap bersimbiosis dengan pencernaannya. Semut merupakan makrofauna yang mempunyai peran sebagai pendekomposer bahan organik, predator, dan hama tanaman. Semut juga dapat berperan sebagai ecosystem engineers yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah dan aerasi tanah. Kelimpahan semut yang tertinggi biasanya terdapat pada lapisan seresah lebih tinggi. Hal ini dikarenakan  semut lebih menyukai tanah dengan bahan organik yang tinggi dibandingkan dengan bahan organik yang rendah (Maftu’ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001).







IV. PENUTUP

4.1         Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum mengenal fauna tanah dan peranannya dapat disimpulkan bahwa sebagian besar fauna yang ditemukan adalah hama perusak tanaman seperti pemakan daun, pemakan biji, dan lain-lain. Oleh karena itu, dari beberapa jenis fauna yang ditemukan merupakan jenis fauna yang merugikan di sektor pertanian sehingga kurang cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian.
Terdapat fauna tanah yang berperan dalam kegiatan pertanian contohnya cacing yang berperan sebagai decomposer bahan organik dan dapat melindungi bahan organik dari kehancuran yang lebih lanjut pada sistem tropis yang lembab. Semut hewan tanah yang berperan penting dalam perombakan bahan organik. Semut memakan sisa-sisa organisme yang mati dan membusuk. Pada umumnya perombakan bahan-bahan organik dalam saluran pencernaan dibantu oleh berbagai enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mesenteron dan organisme yang secara tetap bersimbiosis dengan pencernaannya.

4.2 Saran
Saran yang saya berikan untuk kelanjutan bisa dicoba menggunakan perlakuan pelarut lainnya untuk pengambilan contoh fauna di lapangan seperti air soda, air garam, dan aquadest.
DAFTAR PUSTAKA

Aritalitha, Hesteria.2011. Keanekaragama Arthropoda Permukaan Tanah Sebagai Indikator Lingkungan. Press: Malang.

Fadilah, 2013. Teknik Pengambilan Sampel Fauna Tanah. ( http://fadilahbiologi.blogspot.com/2013/06/laporan-sampling-fauna-tanah.html) di akses pada tanggal 8 Desember 2013

Lavelle dan Martin (1992). Peran Cacing. (http://www.scribd.com/doc/71377913/Pengambilan-Sampel-Mikrofauna-Tanah-Dan-Analisisnya). Di akses pada tanggal 8 Desember 2013

Malem Mcleod, 2012. Organisme di dalam tanah: keuntungan dan pengelolaannya. NSW Department of Primary Industries, AUSTRALIA

Maftu’ah, E., Arisoesilaningsih, E. dan Handayanto. E,. 2001. Potensi diversitas makrofauna tanah sebagai indicator kualitas tanah pada beberapa penggunaan lahan. Makalah Seminar Nasional Biologi 2. ITS. Surabaya.

Suhardjo et al. (2001). Peran fauna Tanah. (http://www.scribd.com/doc/71377913/Pengambilan-Sampel-Mikrofauna-Tanah-Dan-Analisisnya). Di akses pada tanggal 8 Desember 2013

Laporan Praktikum Dasar Ilmu Tanah "Pengukuran pH Tanah"



I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kolorimeter adalah penentuan pH tanah dengan menggunakan indikator warna seperti kertas lakmus, kertas pH, dan pH Stick. Fungsi dari menggunakan alat dengan metode kolorimeter yaitu untuk mengetahui pH Tanah dengan berdasarkan warna yang diperoleh (Aminiarin, 2013).
pH meter adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur pH (keasaman atau alkalinitas) dari cairan (meskipun probe khusus terkadang digunakan untuk mengukur pH zat semi-padat). Sebuah pH meter khas terdiri dari probe pengukuran khusus atau elektroda yang terhubung ke meteran elektronik yang mengukur dan menampilkan pembacaan pH (Aslilah, 2013).
Terdapat beberapa jenis alat ukur pH tanah salah satunya yaitu alat ukur pH tanah ETP110 atau yang biasa disebut dengan soil pH meter merupakan salah satu dari soil test kit yang sangat penting dalam kegiatan pengukuran dan penelitian kandungan zat dalam tanah. Alat  pH  tanah ini digunakan untuk mengukur keasaman dan kebasaan pada tanah, selain itu juga terdapat kertas lakmus yang menentukan pH tanah pada saat dilapangan (Ryan, 2012).

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum dengan materi “pengukuran ph tanah” yaitu :
1.      mahasiswa dapat mengenal dan menggunakan alat-alat yang digunakan untuk mengukur pH tanah.
2.      Mahasiswa dapat membandingkan pengukuran pH dengan kedua jenis metode.


II. BAHAN DAN METODE

2.1    Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari jumat, 15 November 2013. Pukul 09.00 – 10.40 WIB. Praktikum bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu, air destilasi (melarutkan tanah) dan contoh tanah. Sedangkan alat yang digunakan yaitu gelas ukur (mengukur banyaknya air destilasi yang diperlukan), kertas lakmus (mengukur pH tanah), botol film (mengocok sampel tanah), pH meter (mengukur pH tanah), dan indikator (mengukur pH tanah).

2.3    Cara Kerja
Penetapan pH tanah dengan menggunakan indikator
1.      Memasukkan 1 gram contoh tanah dalam tabung film, menambahkan 2,5 ml air destilasi, kemudian kocok selama 10 menit lalu diamkan selama 5 menit.
2.      Mencelupkan dengan hati-hati kertas indikator ke larutan tanah yang jernih, mengusahakan agar kertas indikator tidak menyentuh tanah yang mengendap.
3.      Membandingkan perubahan warna pada kertas indikator dengan warna standar yang ada pada wadah kertas indikator, kemudiat mencatat pHnya.
Penetapan pH tanah dengan pH meter
1.      Menimbang 10 gram contoh tanah, memasukkan ke dalam botol film dan menambahkan 25 ml air destilasi. Kemudian kocok selama 30 menit.
2.      Menentukan pH tanahnya dengan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi dengan larutan buffer pH standar. Catat pH yang terukur.


III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Hasil Pengamatan
Tabel pengamatan nilai pH tanah
Kode Contoh Tanah
Nilai pH tanah
Indikator
pH meter
Kelompok 1
4,4
4,53
Kelompok 2
4,7
4,37
Kelompok 3
4,4
4,57
Kelompok 4
4,4
4,57
Kelompok 5
4,4
3,96
Kelompok 6
4,0
4,16

3.2    Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan dapat diketahui,
Kode tanah kelompok 1 dengan menentukan nilai pH tanah menggunakan indikator yaitu 4,4 dan menggunakan pH meter yaitu 4,53.
Kode tanah kelompok 2 dengan menentukan nilai pH tanah menggunkan indikator yaitu 4,7 dan menggunakan pH meter 4,37.
Kode tanah kelompok 3 dengan menentukan nilai pH tanah menggunakan indikator yaitu 4,4 dan menggunakan pH meter 4,57.
Kode tanah kelompok 4 dengan menentukan nilai pH tanah menggunakan indikator yaitu 4,4 dan menggunakan pH meter 4,57.
Kode tanah kelompok 5 dengan menentukan nilai pH tanah menggunakan indikator yaitu 4,4 dan menggunakan pH meter yaitu 3,96.
Kode tanah kelompok 6 dengan menentukan nilai pH tanah menggunakan indikator yaitu 4,0 dan menggunakan pH meter 4,16.


Hasil  pengukuran pH tanah menggunakan indikator dengan kode sampel kelompok 6, yang menunjukkan nilai pH 4,0 dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
 
Gambar pengukuran pH indikator
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Terdapat perbedaan pada nilai pH tanah antar kelompok, dengan menggunakan indikator maupun pH meter hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan berbeda. Perbandingan berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai (Partana Fajar Crys, 2006).
Manfaat dengan mengetahui pH tanah pada bidang pertanian adalah dengan mengetahui pH tanah akan menjadikan kegiatan pertanian lebih mudah karena telah mengetahui jenis maupun kandungan asam dan basa tanah, sehingga dapat menentukan komoditas apa yang cocok dibudidayakan pada tanah tersebut (Rappang, 2011).
Berdasarkan pengamatan contoh tanah kelompok kami dengan nilai pH tanah  pada Indikator yaitu 4,0 dan menggunakan pH meter yaitu 4,16 dapat dimanfaatkan dibidang pertanian pada tanaman kelapa sawit dan cengkeh (Muchtardi dan Justiana Sandri, 2006).





IV. KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari tujuan praktikum dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai jenis alat ukur ph tanah diantaranya yaitu pH meter, indikator, kertas lakmus, dan lain-lain. dalam penggunaan alat ukur ph tanah harus sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan, seperti contoh penggunaan kertas indikator dengan mencelupkan kedalam sampel tanah yang akan diamati pH-nya dengan mencelupkan dibagian airnya saja.
Perbandingan antara metode kolorimeter dan metode pH meter yaitu pada alatnya, terdapat perbedaan dengan menggunakan indikator maupun pH meter hal tersebut disebabkan oleh alat yang digunakan berbeda. Berdasarkan pengukuran nilai pH dengan menggunakan pH meter lebih akurat dibandingkan dengan indikator, hal tersebut dikarenakan pH meter menggunakan digital, maka pengukurannya ditampilkan langsung berupa angka pada monitor dan dapat menunjukkan nilai pH dari larutan yang tidak diketahui pH-nya, sedangkan pada indikator sifat penentuan nilai pH-nya terbatas pada nilai

4.2 Saran
Saran yang saya berikan adalah pada pengamatan menggunakan pH meter seharusnya praktikan, agar menambah pengetahuan. Terima kasih


DAFTAR PUSTAKA

Aminiarin, 2013. Kolorimeter. (http://aminiarin.blogspot.com/2013/07/acara-viii-reaksi-tanah-ph-tanah.html). Diakses pada tanggal 19 Nopember 2013
Aslilah, 2013. pH meter dan fungsi. (http://www.alatlabor.com/article/detail/58/ fungsi-dan-pengenalan-ph-meter). Diakses pada tanggal 19 November 2013
Muchtardi dan Justiana Sandri, 2006. KIMIA 2 Kelas IX. Quadra : Jakarta
Partana Fajar Crys, 2006. Seri IPA KIMIA 1 Kelas VII. Quadara : Jakarta
Ryan, 2012. Alat Ukur pH meter ETP110. (http://www.multimeter-digital.com/alat-ukur-ph-tanah-etp110.html). Diakses pada tanggal 19 November 2013
Rappang, 2011. Tanah Untuk Pertanian. (http://bpp-rappang.blogspot.com) diakses pada tanggal 20 oktober 2013