Kamis, 13 November 2014

Laporan Praktikum Perlintan "Mengenal Gejala Penyakit Tumbuhan"



1
I.PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
http://www.google.com/images
Penyakit tanaman adalah terjadinya perubahan fungsi sel dan jaringan inang sebagai akibat gangguan yang terus menerus oleh agensi patogen atau faktor lingkungan dan berkembangnya gejala dan Ketidak mampuan tumbuhan untuk memberi hasil yang cukup kuantitas maupun kualitasnya. Konsep penyakit tumbuhan dikenal dengan konsep segitiga penyakit yang merupakan konsep timbulnya penyakit yang dipengaruhi oleh tanaman inang, patogen, dan faktor lingkungan. 1) Tanaman inang adalah tanaman yang berpengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit  tergantung dari jenis tanaman   inang, kerentanan tanaman, bentuk dan tingkat pertumbuhan, struktur dan kerapatan populasi, kesehatan tanaman dan ketahanan inang dan tanaman inang terbagi atas tujuh golongan yaitu tanaman inang rentan, tanaman inang resisten, tanaman inang toleran, tanaman inang sekunder, tanaman inang primer, tanaman inang alternative, dan tanaman inang perantara; 2)Pathogen adalah organisme hidup yang mayoritas bersifat  mikro dan mampu untuk dapat menimbulkan penyakit tumbuhan antara lain yaitu cendawan, virus, bakteri, nematode, spiroplasma dan riketsia; 3) Faktor lingkungan merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap timbulnya suatu penyakit dapat berupa suhu udara, intensitas dan lama curah hujan, intensitas dan lama embun, suhu tanah, kandungan air tanah, kesuburan tanah, kandungan bahan organik, angin, api dan pencemaran air (Adinugroho, 2008)
Penyebab munculnya penyakit tanaman secara garis besar dibagi menjadi 3 golongan pathogen utama, yaitu jamur (cendawan), bakteri, dan virus. Jamur (cendawan) merupakan salah satu yang berpotensi menyebabkan tanaman sakit yang terbagi dalam 4 kelas, yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Penyakit yang disebabkan oleh jamur (cendawan) antara lain penyakit rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit embun tepung oleh Paranospora parasitica, busuk lunak buah dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak timun suri oleh Choanephora cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora maydis dan lain-lain (Wikipedia, 2012).
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu dengan ukuran yang sangat kecil (panjang 0,6µ - 3,5 µ), yang mempunyai bentuk bulat (kokus), silindris/batang (bacillus), spiral (spirilia/spirilum), koma (vibrion) dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran tinggi. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain penyakit busuk lunak sayuran oleh Erwinia carotovora, penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia amylovora, penyakit kanker pada tomat oleh Corynebacterium michiganense, penyakit kudis pada tomat oleh Streptomyces scabies dan lain-lain (Wikipedia, 2012)
Virus adalah partikel hidup yang ultra mikroskopik, parasit obligat, yang terdiri dari asam nukleat (RNA) dan selubung protein. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit kerdil rumput (Grassy stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus TMV (tobacco mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada tanaman padi dan lain-lain (Wikipedia, 2012).
Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan, gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas hidrosis, klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung (die back), dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil, klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose, kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan sesidium (Fahmi, 2012).  
Morfologi penyebab penyakit tumbuhan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu yang bersifat biotik dan abiotik. penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode, tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma. Sedangkan penyakit abiotik merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara beracun, dan hujan es dan angin (Hasna, 2012).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenal  gejala penyakit tumbuhan, yaitu :
a.    Agar mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b.    Agar mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri, dan virus.
4
II.BAHAN DAN METODE

2.1 Tempat dan Waktu
Tempat dilaksanakan  praktikum dasar perlindungan tanaman di Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu,5 April 2014 pukul 11.00-12.40 WIB.

2.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan saat praktikum dasar perlindungan tanaman materi “mengenal gejala penyakit tumbuhan”  adalah  bagian tanaman yang bergejala antara lain puru pada batang sawo, wortel busuk basah, daun jarak terkena mosaik, cabe busuk kering, daun jambu agung terkena kudis (Scap), daun papaya keriting, penyakit kudis pada ubi jalar, penyakit kerdil rumput pada jagung, dan alkohol, aquadest, kapas,kertas tissue. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop, loupe, obyek glass, cover glass, jarum pentul dan silet.

2.3 Cara Kerja
1.      Puru pada batang sawo
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
2.      Wortel busuk basah
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan pada wortel
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri fisiologis dari gejala tersebut
c.       Mengambil sedikit bagian wortel yang terserang penyakit busuk basah,
d.      Menaruh bagian tersebut pada slide glass,
e.       Kemudian menetesi air beberapa tetes, dan menutup menggunakan cover glass,
f.       Melakukan pengamatan dimikroskop,
g.      Kemudian foto dan menuliskan pada tabel pengamatan.
3.      Daun Jarak terkena Mosaik
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
4.      Cabe Busuk Kering
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Mengambil sedikit bagian wortel yang terserang penyakit busuk basah,
d.      Menaruh bagian tersebut pada slide glass,
e.       Kemudian menetesi air beberapa tetes, dan menutup menggunakan cover glass,
f.       Melakukan pengamatan dimikroskop,
g.      Kemudian foto dan menuliskan pada tabel pengamatan.
5.      Daun Jambu Agung terkena Kudis
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
6.      Daun Pepaya Keriting
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
7.      Penyakit Kudis pada Ubi Jalar
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
8.      Penyakit Kerdil Rumput pada Jagung
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan
9.      Daun Mangga terkena Penyakit Blight
a.       Mengamati gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b.      Kemudian menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c.       Menuliskan pada tabel pengamatan




7
III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Bagian Tanaman yang Berpenyakit
No.
Nama Tanaman yang Diamati
Gejala yang Diamati
Tipe Gejala
Nama Penyakit
Penyebab Penyakit
1.
Wortel (umbi)
Daucus carota
Basah, berlendir, berbau tidak sedap, terdapat warna coklat dan putih.
Nekrosis
Busuk Basah
Erwinia carotovora
2.
Jarak (daun)
Ricinus Communis
Daun berbercak coklat, daun kering.
Nekrosis
Target board spot
Cendawan
3.
Mangga (daun)
Mangifera indica
Bercak dengan warna coklat sampai kehitaman, batas warna terlihat jelas.
Nekrosis
Blight/hawar
Xanthomonas campestris
4.
Sawo (batang)
Crisophylium crainito
Batang bergelembung, terdapat serangga, di dalamnya berrongga-rongga.
Hiperplastis
Sesidium (zoosesidium)
Agrobakterium tumefacient
5.
Cabai (buah)
Capsicum annum
Terdapat bercak hitam kering, terdapat spora warna putih.
Nekrosis
Busuk kering
Colletotrichum capsici
6.
Pepaya (daun)
Carica papaya
Daun keriting menggulung, daun berwarna kuning.
Hiperplastis
Menggulung/ mengeriting
Cladosporium cladosporioides

7.
Ubi Jalar (umbi)
Ipomoa bartatas
Bercak kasar pecah-pecah.
Hiperplastis
Kudis/scab
Elsinoe batatas

8.
Jagung (batang dan daun)
Zea mays
Bercak pada daun terdiri dari alur-alur, daun warna kuning pada bagian tertentu.
Hipoplasia
Mosaik
Potyvirus

9.
Jambu Agung (daun)
Syzygum malaceense
Bercak kekar, daun bintil-bintil.
Hiperplastis
Kudis/scab
Lalat daun (Procontarinia matteiana).


3.2  Pembahasan
3.2.1        Puru pada batang sawo
Makroskopik
Gambar 1. Puru batang sawo
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 2. Agrobakterium tumefacient
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian tanaman sawo (Crisophylium crainito) yang terserang penyakit puru batang, gejala yang tampak adalah pada bagian batang sawo bergelembung atau membengkak, terdapat serangga di dalamnya, dan pada bagian dalam puru batang sawo berongga. Penyakit puru batang sawo termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang disebabkan oleh bakteri Agrobakterium tumefacient. Morfologi dari bakteri Agrobacterium tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong bakteri aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit. Agrobacterium berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm, dalam bentuk tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak (motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25 - 28°C. Kumpulan bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tidak berpigmen. Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown Gall. Tumor Crown Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan dengan strain virulen Agrobacterium tumefaciens. Daur hidup dari bakteri Agrobacterium tumefacient penyebab penyakit  puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang, bakteri akan terus menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun tanaman (Pambudi, 2013).  Pengendalian penyakit puru batang sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru, hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam (10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%.

3.2.2        Wortel (Daucus carota) busuk basah
Makroskopik
Gambar 3. Wortel busuk basah
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 4. Erwinia carotovora
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari wortel yang terserang penyakit busuh basah, gejala yang tampak pada wortel adalah basah berlendir, mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan berwarna coklat keputih-putihan. Penyakit busuk basah pada wortel termasuk dalam tipe gejala nekrosis yang disebabkan oleh bakteri Erwina carotovora. Morfologi dari bakteri  Erwinia carotovora adakah sel bakteri berbentuk batang (basillus) dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak berkapsul dan tidak berspora, bergerak mengunakan flagella yang terdapat disekeliling sel bakteri. Bakteri bersifat gram negatif (Yudistira, 2009). Pengendalian yang dapat mencegah dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit busuk basah wortel adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman dari sisa-sisa tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang tinggi, terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks, mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup, sejuk dan difumigasinya sebelumnya.

3.2.3        Daun Jarak terkena Mosaik
Makroskopik
Gambar 6. Daun Jarak terkena Mosaik
Sumber : dokumentasi pribadi
Mikroskopik
Gambar 7
Sumber : http:/google.com/images
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian daun jarak yang terserang penyakit mosaik, gejala yang tampak adalah daun berbercak coklat dan kering. Penyakit mosaik pada daun jarak termasuk dalam tipe gejala nekrosis yang disebabkan oleh  cendawan. Pengendalian penyakit dengan cara membuang bagian tanaman yang terserang dengan cara memotong, menjauhkan tanaman yang terserang penyakit dari tanaman yang sehat, dan membakar bagian tanaman yang terserang.

3.2.4        Cabe Busuk Kering
Makroskopik
Gambar 7. Cabe busuk kering
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 8. Colletrotrichum capsici
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian cabai (Capsicum annum) yang terserang penyakit busuk kering, gejala yang tampak pada cabai adalah terdapat bercak-bercak hitam dan kuning pada bagian luar, serta terdapat spora berwarna putih. Penyakit  busuk kering pada cabai tergolong tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh bakteri Colletrotrichum capsici. Daur hidup dari Colletotrichum capsici sebagai patogen penyakit busuk basah hidupnya sebagai parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Colletotrichum capsici dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Perkembangan penyakit sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua, sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi (Prasetio 2012). Pengendalian penyakit busuk kering pada cabe yang disebabkan oleh Colletotrichum capsici adalah 1) dengan melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati; Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam; 2) Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat; Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi; 3) Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya; 4) Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar. 5) Dengan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.

3.2.5        Daun Jambu Agung (Procontarinia matteiana) terkena Kudis
Makroskopik
Gambar 9. Daun Jambu Agung terkena Kudis
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 10. Lalat daun (Procontarinia matteiana)
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian daun jambu agung (Procontarinia matteiana) yang terserang penyakit kudis, gejala yang tampak pada daun jambu agung adalah bercak kasar dan terdapat bintil-bintil pada permukaan daun. Penyakit kudis pada daun jambu agung tergolong tipe gejala hiperplastis, yang disebabkan oleh lalat daun (Procontarinia matteiana). Morfologi dari Procontarinia matteiana penyebab penyakit bintil daun jambu agung adalah belatung puru merupakan stadium larva dari lalat Procontarinia matteiana. Lalat kecil berwarna hitam , panjang tubuhnya sekitar 3 mm, mempunyai gerakan yang lincah dan refleksi kuat. berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi , mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Daun yang terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. Setiap bintil hanya terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang nantinya akan menjadi sumber penularan.  Pengendalian penyakit bintil daun jambu agung yang disebabkan oleh Procontarinia matteiana  dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut: a). Pucuk tanaman yang sudah terserang harus segera dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur mati; b). Tanaman disemprot dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun, misalnya menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC dan dapat menggunakan insektisida sistemik yaitu teknik 10G, Curater 3G, dan furadan 3G. Insektisida ini dimasukkan ke dalam tanah di dekat akar agar bisa dihisap akar untuk diedarkan ke daun. Jika larva menghisap cairan daun, tentu akan mati keracunan; c). Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu; d). Penyemprotan buah dan daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan memperbaiki aerasi.

3.2.6        Daun Pepaya (Carica papaya) Keriting
Makroskopik
Gambar 11. Daun pepaya keriting
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 12. Cladosporium cladosporioides
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian daun papaya (Carica papaya) yang terserang penyakit menggulung atau mengeriting, gejala yang tampak pada daun papaya adalah daun mengeriting menggulung dan menguning pada bagian daun. Penyakit mengeriting pada daun papaya tergolong tipe gejala hiperplastis, yang disebabkan oleh cendawan Cladosporium cladosporioides. Morfologi dari cendawan Cladosporium cladosporioides termasuk ke dalam organisme heterotrofik dan stermasuk eukariota multiseluler, memperoleh nutrisi dari senyawa organik yang terdapat pada daun pepaya. Pengendalian penyakit keriting pada daun papaya yang disebabkan oleh cendawan Clasdosporium clasdosporioides adalah 1) eradikasi, dengan pemusnahan inang, memperbaiki kondisi tumbuh tanaman: 2) Proteksi, dengan penyemprotan fungisida; 3) Sanitasi Lingkungan, dengan memotong bagian tanaman kemudian membakar (sisa tanaman) yang terinfeksi disekitarnya.
3.2.7        Penyakit Kudis pada Ubi Jalar
Makroskopik
Gambar 13. Penyakit Kudis pada Ubi Jalar
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 14. Elsinoe batatas
Sumber : https://www.plantmanagementnetwork.org
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dari bagian ubi jalar (Ipomoea batatas) yang terserang penyakit kudis, gejala yang tampak pada ubi jalar adalah bercak-bercak hitam, kasar, agak menonjol, dan pecah-pecah pada permukaan ubi jalar. Penyakit kudis pada ubi jalar tergolong tipe gejala hiperplastis, yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas. Pengendalian penyakit kudis pada ubi jalar yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe batatas adalah 1) Mengusahakan tumbuhan slalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi kebutuhan zat haranya; 2) Mengusahakan lingkungan yang bersih; memperhatikan tumbuhan sesering mungkin sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin; 3) Sterilisasi tanah dengan panas; 4) Perlakuan tanah (fumigasi); 5) Pengendalian penyakit dengan menggunakan fungisida.

3.2.8        Penyakit Kerdil pada Jagung
Makroskopik
Gambar 15. Penyakit Kerdil Jagung
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
Mikroskopik
Gambar 16. Potyvirus
Sumber : http://www.google.com/image
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dari bagian tanaman jagung (Zea mayz) yang terserang penyakit kerdil, gejala yang tampak adalah ukuran lebih kecil dari biasanya, daun menguning, dan terdapat bercak-bercak pada daun terdiri dari alur-alur konsentris. Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala hiploplastis yang disebabkan oleh Potyvirus. Morfologi dari virus potyvirus berupa partikel virus penyebab penyakit mosaik kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang berukuran 12-15 x 750 cm, Daur hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch), kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang sangat rendah 0,05% (Pulungan, 2012). Pengendalian penyakit dengan melakukan sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.

3.2.9        Daun Mangga (Manifera indica)  terkena Penyakit Blight
Makroskopik
Gambar 17. Daun mangga terkena penyakit blight
Sumber : dokumentasi pribadi
Mikroskopik
Gambar 18. Xanthomonas camperis
Sumber: http://www.google.com/image
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada bagian daun mangga (Manifera indica) yang terserang penyakit blight, gejala yang tampak adalah Bercak dengan warna coklat sampai kehitaman, dan batas warna terlihat jelas. Penyakit blight pada daun mangga termasuk tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas camperis. Daur hidup dari bakteri Xanthomonas camperis adalah sebagai patogen penyebab penyakit blight pada daun mangga merupakan parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Pengendalian penyakit blight yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas camperis, adalah 1) Masa pratanaman, dengan sanitasi tanaman inang dan pemilihan varietas tahan sesuai sebaran ras; 2) Persemaian, dengan penggunaan benih sehat, Sanitasi inang pada saluran irigasi, dan Hindari penggenangan terlalu dalam; 3) Tanaman muda, dengan Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat, Sanitasi rerumputan sumber pathogen, Pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4 hari dikeringkan, dan  terutama pada daerah endemik serangan penyakit; 4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian tanaman yang sakit dan membakarnya.



  18
IV.PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “mengenal gejala penyakit tanaman” dapat disimpulkan bahwa  dalam mengenal dan membedakan penyakit tanaman harus mengetahui gejala penyakit tumbuhan yang dibagi menjadi 3 macam yaitu Nekrosis, Hipoplastis, dan Hiperplastis. Nekrosis adalah gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Hiplastis adalah gejala yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hiperplastis adalah gejala yang disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment).
Dalam mengetahui gejala dan tanda yang disebabkan oleh cendawan, bakteri, dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan (jamur) yaitu penyakit rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit embun tepung oleh Paranospora parasitica, busuk lunak buah dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak timun suri oleh Choanephora cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora maydis. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri yaitu busuk lunak sayuran oleh Erwinia carotovora, penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia amylovora, penyakit kanker pada tomat oleh Corynebacterium michiganense, penyakit kudis pada tomat oleh Streptomyces scabies. Penyakit yang disebabkan oleh virus yaitu  penyakit kerdil rumput (Grassy stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus TMV (tobacco mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada tanaman padi.

4.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum selanjutnya adalah agar mencari bahan yang sudah diketahui penyebab penyakitnya, sehingga mahasiswa lebih mengerti dan praktikum berjalan lancar. Terima kasih

 

 19
DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf). Diakses pada tanggal 8 April 2014
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman. (http://kickfahmi.blogspot.com). Diakses pada tanggal 8 April 2014
Hasna, qomatul. 2012. Penggolongan Penyakit Tumbuhan (http://planthospital.blogspot.com). Diakses pada tanggal 8 April 2014
Epetani, 2014. Mengatasi Berbagai Penyakit Tumbuhan. (http://epetani.deptan.go.id). Diakses pada tanggal 9 April 2014
Cybex, 2014. Pengendalikan Penyakit Blight pada Daun Mangga. http://cybex.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 10 April 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar