1
|
1.1
Dasar Teori
http://www.google.com/images
|
Penyebab munculnya
penyakit tanaman secara garis besar dibagi menjadi 3 golongan pathogen utama,
yaitu jamur (cendawan), bakteri, dan virus. Jamur (cendawan) merupakan salah
satu yang berpotensi menyebabkan tanaman sakit yang terbagi dalam 4 kelas,
yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes. Penyakit
yang disebabkan oleh jamur (cendawan) antara lain penyakit rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit embun tepung oleh Paranospora parasitica, busuk lunak buah
dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak timun suri oleh Choanephora
cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora maydis
dan lain-lain (Wikipedia, 2012).
Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu
dengan ukuran yang sangat kecil (panjang 0,6µ - 3,5 µ), yang mempunyai bentuk bulat
(kokus), silindris/batang (bacillus), spiral (spirilia/spirilum), koma
(vibrion) dan hanya dapat dilihat dengan mikroskop dengan perbesaran tinggi.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri antara lain penyakit busuk lunak sayuran
oleh Erwinia carotovora, penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia
amylovora, penyakit kanker pada tomat oleh Corynebacterium michiganense,
penyakit kudis pada tomat oleh Streptomyces scabies dan lain-lain
(Wikipedia, 2012)
Virus adalah partikel hidup yang ultra
mikroskopik, parasit obligat, yang terdiri dari asam nukleat (RNA) dan selubung
protein. Penyakit yang disebabkan oleh virus antara lain penyakit kerdil rumput
(Grassy stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus
TMV (tobacco mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada
tanaman padi dan lain-lain (Wikipedia, 2012).
Gejala adalah perubahan
yang ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu
penyebab penyakit. Berdasarkan peruubahan yang terjadi pada sel tumbuhan,
gejala penyakit tumbuhan dapat dibagi 3 (tiga) yaitu nekrotik, hipoplastis, dan
hiperplastis. a) Nekrotik merupakan gejala yang terjadi akibat adanya kerusakan
pada sel atau bagian sel bahkan kematian sel. Nekrotik terbagi atas hidrosis,
klorosis, nekrosis, perforasi, busuk, eksudasi, layu, mati ujung (die back),
dan terbakar. b) Hipoplastis merupakan gejala yang disebabkan karena terhambat
atau terhentinya pertumbuhan sel. Hipoplastis terbagi atas etiolasi, kerdil,
klorosis, perubahan simetri, dan roset. c) Hiperplastis merupakan gejala yang
disebabkan karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya
(overdevelopment). Hiperplastis terbagi atas fasiasi, intumesensia, erinose,
kudis (Scab), menggulung atau mengeriting, prolepsis, sapu, erinos, dan
sesidium (Fahmi, 2012).
Morfologi penyebab
penyakit tumbuhan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu yang bersifat biotik
dan abiotik. penyakit biotik merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh penyakit
infeksius bukan binatang dan dapat menular dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang
lain dengan patogen penyakit biotik meliputi jamur, bakteri, virus, nematode,
tumbuhan tingkat tinggi parasitik, dan mikoplasma. Sedangkan penyakit abiotik
merupakan penyakit yang disebabkan oleh penyakit noninfeksi atau penyakit yang
tidak dapat ditularkan dari tumbuhan satu ke tumbuhan yang lain dengan patogen
penyakit abiotik meliputi suhu tinggi, suhu rendah, kadar oksigen yang tak
sesuai, kelembaban udara yang tak sesuai, keracunan mineral, kekurangan
mineral, senyawa kimia alamiah beracun, senyawa kimia pestisida, polutan udara
beracun, dan hujan es dan angin (Hasna, 2012).
1.2
Tujuan
Adapun tujuan dari
praktikum mengenal gejala penyakit
tumbuhan, yaitu :
a. Agar
mahasiswa dapat mengenal dan membedakan gejala penyakit tanaman.
b. Agar
mahasiswa mengetahui penyebab penyakit berdasarkan gejala dan tanda yang
diamati khususnya yang disebabkan cendawan, bakteri, dan virus.
4
|
2.1
Tempat dan Waktu
Tempat
dilaksanakan praktikum dasar
perlindungan tanaman di Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu,5 April 2014
pukul 11.00-12.40 WIB.
2.2
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang
digunakan saat praktikum dasar perlindungan tanaman materi “mengenal gejala
penyakit tumbuhan” adalah bagian tanaman yang bergejala antara lain
puru pada batang sawo, wortel busuk basah, daun jarak terkena mosaik, cabe
busuk kering, daun jambu agung terkena kudis (Scap), daun papaya keriting,
penyakit kudis pada ubi jalar, penyakit kerdil rumput pada jagung, dan alkohol,
aquadest, kapas,kertas tissue. Sedangkan alat yang digunakan adalah mikroskop,
loupe, obyek glass, cover glass, jarum pentul dan silet.
2.3
Cara Kerja
1.
Puru pada batang sawo
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
2.
Wortel busuk basah
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan pada wortel
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri fisiologis dari gejala tersebut
c. Mengambil
sedikit bagian wortel yang terserang penyakit busuk basah,
d. Menaruh bagian tersebut
pada slide glass,
e. Kemudian
menetesi air beberapa tetes, dan menutup menggunakan cover glass,
f. Melakukan
pengamatan dimikroskop,
g. Kemudian
foto dan menuliskan pada tabel pengamatan.
3.
Daun Jarak terkena Mosaik
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
4.
Cabe Busuk Kering
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Mengambil
sedikit bagian wortel yang terserang penyakit busuk basah,
d. Menaruh
bagian tersebut pada slide glass,
e. Kemudian
menetesi air beberapa tetes, dan menutup menggunakan cover glass,
f. Melakukan
pengamatan dimikroskop,
g. Kemudian
foto dan menuliskan pada tabel pengamatan.
5.
Daun Jambu Agung terkena Kudis
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
6.
Daun Pepaya Keriting
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
7.
Penyakit Kudis pada Ubi Jalar
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
8.
Penyakit Kerdil Rumput pada Jagung
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
9.
Daun Mangga terkena Penyakit Blight
a. Mengamati
gejala penyakit tumbuhan menggunakan loupe
b. Kemudian
menyebutkan ciri-ciri dari penampakan fisiologis dari gejala tersebut
c. Menuliskan
pada tabel pengamatan
7
|
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Bagian Tanaman yang Berpenyakit
No.
|
Nama Tanaman yang Diamati
|
Gejala yang Diamati
|
Tipe Gejala
|
Nama Penyakit
|
Penyebab Penyakit
|
1.
|
Wortel (umbi)
Daucus carota
|
Basah, berlendir, berbau
tidak sedap, terdapat warna coklat dan putih.
|
Nekrosis
|
Busuk Basah
|
Erwinia carotovora
|
2.
|
Jarak (daun)
Ricinus Communis
|
Daun berbercak coklat, daun
kering.
|
Nekrosis
|
Target board spot
|
Cendawan
|
3.
|
Mangga (daun)
Mangifera indica
|
Bercak dengan warna coklat
sampai kehitaman, batas warna terlihat jelas.
|
Nekrosis
|
Blight/hawar
|
Xanthomonas campestris
|
4.
|
Sawo (batang)
Crisophylium crainito
|
Batang bergelembung, terdapat
serangga, di dalamnya berrongga-rongga.
|
Hiperplastis
|
Sesidium (zoosesidium)
|
Agrobakterium tumefacient
|
5.
|
Cabai (buah)
Capsicum annum
|
Terdapat bercak hitam kering,
terdapat spora warna putih.
|
Nekrosis
|
Busuk kering
|
Colletotrichum capsici
|
6.
|
Pepaya (daun)
Carica papaya
|
Daun keriting menggulung,
daun berwarna kuning.
|
Hiperplastis
|
Menggulung/ mengeriting
|
Cladosporium cladosporioides
|
7.
|
Ubi Jalar (umbi)
Ipomoa bartatas
|
Bercak kasar pecah-pecah.
|
Hiperplastis
|
Kudis/scab
|
Elsinoe batatas
|
8.
|
Jagung (batang dan daun)
Zea mays
|
Bercak pada daun terdiri dari
alur-alur, daun warna kuning pada bagian tertentu.
|
Hipoplasia
|
Mosaik
|
Potyvirus
|
9.
|
Jambu Agung (daun)
Syzygum malaceense
|
Bercak kekar, daun
bintil-bintil.
|
Hiperplastis
|
Kudis/scab
|
Lalat daun (Procontarinia matteiana).
|
3.2 Pembahasan
3.2.1
Puru
pada batang sawo
Makroskopik
Gambar 1. Puru batang sawo
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 2. Agrobakterium tumefacient
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian tanaman sawo (Crisophylium crainito) yang terserang penyakit puru batang, gejala
yang tampak adalah pada bagian batang sawo bergelembung atau membengkak,
terdapat serangga di dalamnya, dan pada bagian dalam puru batang sawo berongga.
Penyakit puru batang sawo termasuk dalam tipe gejala hiperplastis yang
disebabkan oleh bakteri Agrobakterium tumefacient. Morfologi dari bakteri Agrobacterium
tumefacient adalah tergolong bakteri gram negatif yang tergolong bakteri
aerob dan mampu hidup baik sebagai saprofit maupun parasit. Agrobacterium
berbentuk batang, berukuran 0,6 – 1,0 µm sampai 1,5 – 3,0 µm, dalam bentuk
tunggal atau berpasangan. Agrobacterium merupakan bakteri yang mudah bergerak
(motile) dan memiliki 1 sampai 6 flagela peritrichous serta merupakan bakteri
tidak berspora. Suhu optimal pertumbuhan bakteri ini adalah 25 - 28°C. Kumpulan
bakteri ini biasanya berbentuk cembung, bulat, lembut, dan tidak berpigmen.
Agrobacterium diisolasi dari tanaman yang terinfeksi Crown Gall. Tumor Crown
Gall adalah jaringan tanaman yang pertumbuhannya tidak terdiferensiasi akibat
adanya interaksi antara tanaman-tanaman yang rentan dengan strain virulen Agrobacterium
tumefaciens. Daur hidup dari bakteri Agrobacterium tumefacient penyebab
penyakit puru batang hidup pada sisa-sisa panen dan tanaman inang,
bakteri akan terus menginjeksi bagian tanaman baik akar, batang, dan daun
tanaman (Pambudi, 2013). Pengendalian penyakit puru batang
sawo dapat dilakukan dengan menghilangkan atau membuang puru dengan metode
mekanik dengan melakukan pemotongan pada batang yang terserang penyakit puru,
hasil potongan dibakar kemudian sisa pembakaran dibenamkan ke dalam tanah, pada
batang kemudian ditaburi, dilabur atau disemprot dengan larutan kapur dan garam
(10:1) yang dapat menekan pertumbuhan puru sebesar 96,67%.
3.2.2
Wortel
(Daucus carota) busuk basah
Makroskopik
Gambar 3. Wortel busuk basah
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 4. Erwinia carotovora
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari wortel yang terserang penyakit busuh basah, gejala
yang tampak pada wortel adalah basah berlendir, mengeluarkan bau yang tidak
sedap, dan berwarna coklat keputih-putihan. Penyakit busuk basah pada wortel
termasuk dalam tipe gejala nekrosis yang disebabkan oleh bakteri Erwina
carotovora. Morfologi
dari bakteri Erwinia carotovora adakah sel bakteri berbentuk
batang (basillus) dengan ukuran (1,5 x 2,0) x (0,6 x 0,9) mikron, umumnya
membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak berkapsul dan tidak berspora,
bergerak mengunakan flagella yang terdapat disekeliling sel bakteri. Bakteri
bersifat gram negatif (Yudistira, 2009). Pengendalian yang dapat mencegah
dari perkembangbiakan serangan bakteri terhadap penyakit busuk basah wortel
adalah a). Sanitasi, dengan menjaga kebersihan area tanaman dari sisa-sisa
tanaman yang sakit sebelum penanaman; b). Melakukan penanaman dengan jarak
tanam yang tidak terlalu rapat untuk menghindari kelembaban yang tinggi,
terutama pada musim hujan; c). Menghindari pelukaan pada tanaman saat
pemeliharaan; d). Pengendalian untuk pasca panen dapat dilakukan dengan mencuci
wortel dengan air yang mengandung chlorine atau dapat menggunakan boraks,
mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan pengangkutan, menyimpan
dalam ruangan yang cukup kering dengan ventilasi yang sesuai atau cukup, sejuk
dan difumigasinya sebelumnya.
3.2.3
Daun
Jarak terkena Mosaik
Makroskopik
Gambar 6. Daun Jarak terkena Mosaik
Sumber : dokumentasi pribadi
|
Mikroskopik
Gambar 7
Sumber :
http:/google.com/images
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian daun jarak yang terserang penyakit mosaik,
gejala yang tampak adalah daun berbercak coklat dan kering. Penyakit mosaik
pada daun jarak termasuk dalam tipe gejala nekrosis yang disebabkan oleh cendawan. Pengendalian
penyakit dengan cara membuang bagian tanaman yang terserang dengan cara
memotong, menjauhkan tanaman yang terserang penyakit dari tanaman yang sehat,
dan membakar bagian tanaman yang terserang.
3.2.4
Cabe
Busuk Kering
Makroskopik
Gambar 7. Cabe busuk kering
Sumber : Dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 8. Colletrotrichum capsici
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian cabai (Capsicum
annum) yang terserang penyakit busuk kering, gejala yang tampak pada cabai
adalah terdapat bercak-bercak hitam dan kuning pada bagian luar, serta terdapat
spora berwarna putih. Penyakit busuk
kering pada cabai tergolong tipe gejala nekrosis, yang disebabkan oleh bakteri Colletrotrichum capsici. Daur hidup dari
Colletotrichum capsici sebagai patogen penyakit busuk basah hidupnya sebagai parasit obligat merupakan
sifat jamur yang hanya dapat hidup pada inangnya saja, serta mempunyai habitat
yang sangat luas penyebarannya sampai keseluruh bagian tumbuhan. Colletotrichum
capsici dapat bertahan dalam sisa-sisa tanaman sakit. Perkembangan penyakit
sangat baik pada suhu 30 °C. Perkembangan lebih cepat pada buah yang lebih tua,
sedangkan pada buah muda lebih cepat gugur karena infeksi (Prasetio 2012).
Pengendalian penyakit busuk kering pada cabe yang disebabkan oleh Colletotrichum
capsici adalah 1) dengan melakukan
prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit
atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin
(0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati; Penyiraman fungisida
atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam; 2) Memusnahkan
bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan
pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh)
luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya
dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan
dengan tanaman/buah yang masih sehat; Penggunaan fungisida fenarimol, triazole,
klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat
curah hujan cukup tinggi; 3) Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu
penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida
sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya; 4) Menggunakan jarak tanam yang lebar
yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini
bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena
jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih
besar. 5) Dengan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea,
Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi.
3.2.5
Daun
Jambu Agung (Procontarinia matteiana) terkena Kudis
Makroskopik
Gambar 9. Daun Jambu Agung terkena
Kudis
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 10. Lalat daun (Procontarinia matteiana)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian daun jambu agung (Procontarinia matteiana) yang
terserang penyakit kudis, gejala yang tampak pada daun jambu agung adalah
bercak kasar dan terdapat bintil-bintil pada permukaan daun. Penyakit kudis
pada daun jambu agung tergolong tipe gejala hiperplastis, yang disebabkan oleh
lalat daun (Procontarinia matteiana). Morfologi dari Procontarinia matteiana penyebab
penyakit bintil daun jambu agung adalah belatung puru merupakan stadium larva
dari lalat Procontarinia matteiana. Lalat kecil berwarna hitam , panjang
tubuhnya sekitar 3 mm, mempunyai gerakan yang lincah dan refleksi kuat.
berwarna putih, panjang 1-2 mm. Sebelum serangan belatung ini terjadi ,
mula-mula lalat betina bertelur pada permukaan daun manga muda. Telur
dimasukkan dalam jaringan daun dengan memasukkan ovipositornya. Sekali
bertelur, seekor lalat betina mampu mengeluarkan 100-250 butir . Warna telur
kuning muda , berukuran 0,1-0,5 mm. Telur menetas dalam waktu 3-4 hari menjadi
larva, yang menetap dalam jaringan daun dan menghisap cairan. Daun yang
terserang hama ini pertumbuhannya tidak normal, terutama bagian permukaan daun
tepat dibagian belatung menetap, timbul bintil-bintil puru. Setiap bintil hanya
terdapat 1 belatung yang menetap selama 10-14 hari. Setelah itu keluar dengan
cara membuat lubang pada ujung bintil, lalu menjatuhkan diri ke tanah , dan
masuk ke dalamnya lalu berkepompong. Masa berkepompong hanya 8-12 hari , yang
berakhir dengan munculnya lalat muda Procontarinia matteiana yang
nantinya akan menjadi sumber penularan. Pengendalian penyakit bintil daun jambu agung yang
disebabkan oleh Procontarinia matteiana dapat dilakukan dengan metode
sebagai berikut: a). Pucuk tanaman yang sudah terserang harus segera
dipangkas dan dibakar supaya kutu, nimfa dan telur mati; b). Tanaman disemprot
dengan insektisida sistemik yang bisa menyusup ke jaringan daun, misalnya
menggunakan Elsan 60 EC Dan Nuvacron 20 EC dan dapat menggunakan insektisida
sistemik yaitu teknik 10G, Curater 3G, dan furadan 3G. Insektisida ini
dimasukkan ke dalam tanah di dekat akar agar bisa dihisap akar untuk diedarkan
ke daun. Jika larva menghisap cairan daun, tentu akan mati keracunan; c).
Penyemprotan dengan insektisida kontak, hasilnya akan kurang memuaskan karena
tidak bisa menembus perisai yang melindungi kutu; d). Penyemprotan buah dan
daun dengan Ripcord, Cymbuth atau Phosdrin tiga kali dalam seminggu, membakar
daun yang terserang, menggemburkan tanah untuk mengeluarkan kepompong dan
memperbaiki aerasi.
3.2.6
Daun
Pepaya (Carica papaya)
Keriting
Makroskopik
Gambar 11. Daun pepaya keriting
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 12. Cladosporium cladosporioides
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian daun papaya (Carica papaya) yang terserang penyakit menggulung atau mengeriting,
gejala yang tampak pada daun papaya adalah daun mengeriting menggulung dan
menguning pada bagian daun. Penyakit mengeriting pada daun papaya tergolong
tipe gejala hiperplastis, yang disebabkan oleh cendawan Cladosporium cladosporioides. Morfologi dari cendawan Cladosporium cladosporioides termasuk ke
dalam organisme heterotrofik dan stermasuk eukariota multiseluler, memperoleh
nutrisi dari senyawa organik yang terdapat pada daun pepaya. Pengendalian
penyakit keriting pada daun papaya yang disebabkan oleh cendawan Clasdosporium clasdosporioides adalah 1)
eradikasi, dengan pemusnahan inang, memperbaiki kondisi tumbuh tanaman: 2)
Proteksi, dengan penyemprotan fungisida; 3) Sanitasi Lingkungan, dengan
memotong bagian tanaman kemudian membakar (sisa tanaman) yang terinfeksi
disekitarnya.
3.2.7
Penyakit
Kudis pada Ubi Jalar
Makroskopik
Gambar 13. Penyakit Kudis pada Ubi
Jalar
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 14. Elsinoe batatas
Sumber : https://www.plantmanagementnetwork.org
|
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan dari bagian ubi jalar (Ipomoea
batatas) yang terserang penyakit kudis, gejala yang tampak pada ubi jalar
adalah bercak-bercak hitam, kasar, agak menonjol, dan pecah-pecah pada
permukaan ubi jalar. Penyakit kudis pada ubi jalar tergolong tipe gejala
hiperplastis, yang disebabkan oleh cendawan Elsinoe
batatas. Pengendalian penyakit kudis pada ubi jalar yang disebabkan oleh
cendawan Elsinoe batatas adalah 1) Mengusahakan
tumbuhan slalu dalam kondisi prima atau sehat dengan cara tercukupi kebutuhan
zat haranya; 2) Mengusahakan lingkungan yang bersih; memperhatikan tumbuhan
sesering mungkin sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini mungkin; 3)
Sterilisasi tanah dengan panas; 4) Perlakuan tanah (fumigasi); 5) Pengendalian
penyakit dengan menggunakan fungisida.
3.2.8
Penyakit
Kerdil pada Jagung
Makroskopik
Gambar 15. Penyakit Kerdil Jagung
Sumber : dokumentasi pribadi, 2014
|
Mikroskopik
Gambar 16. Potyvirus
Sumber : http://www.google.com/image
|
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan dari bagian tanaman jagung (Zea mayz) yang terserang penyakit
kerdil, gejala yang tampak adalah ukuran lebih kecil dari biasanya, daun
menguning, dan terdapat bercak-bercak pada daun terdiri dari alur-alur
konsentris. Penyakit kerdil jagung termasuk dalam tipe gejala hiploplastis yang
disebabkan oleh Potyvirus. Morfologi
dari virus potyvirus berupa partikel virus penyebab penyakit mosaik
kerdil jagung berbentuk batang lentur panjang berukuran 12-15 x 750 cm, Daur
hidup dari golongan potyvirus adalah Virus ini ditularkan secara mekanis
oleh serangga vektor secara nonpersisten. Lebih dari 20 spesies aphis dapat
memindahkan virus ini. Aphis daun jagung, Rhopalosiphum maydis (Fitch),
kutu hijau, Schizaphis graminum (Rondani), dan aphis persik hijau, Myzus
percicae (Sulzer) adalah jenis aphis yang dilaporkan menularkan MDMV. Biji
dapat menularkan virus ke tanaman berikutnya, walaupun dengan intensitas yang
sangat rendah 0,05% (Pulungan, 2012). Pengendalian penyakit dengan melakukan
sanitasi lahan, mencabut tanaman yang terserang penyakit kerdil dengan
mengunakan tangan ataupun alat – alat pertanian, kemudiana hasil cabutan
dibakar dan hasil bakaran dibenamkan di tanah.
3.2.9
Daun
Mangga (Manifera indica) terkena Penyakit Blight
Makroskopik
Gambar 17. Daun mangga terkena
penyakit blight
Sumber : dokumentasi pribadi
|
Mikroskopik
Gambar 18. Xanthomonas camperis
Sumber: http://www.google.com/image
|
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan pada bagian daun mangga (Manifera indica) yang terserang penyakit blight, gejala yang tampak
adalah Bercak dengan warna coklat sampai kehitaman, dan batas warna terlihat
jelas. Penyakit blight pada daun mangga termasuk tipe gejala nekrosis, yang
disebabkan oleh bakteri Xanthomonas
camperis. Daur hidup dari bakteri Xanthomonas
camperis adalah sebagai patogen penyebab penyakit blight pada daun mangga
merupakan parasit obligat merupakan sifat jamur yang hanya dapat hidup
pada inangnya saja, serta mempunyai habitat yang sangat luas penyebarannya sampai
keseluruh bagian tumbuhan. Pengendalian penyakit blight yang disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas camperis, adalah
1) Masa pratanaman, dengan sanitasi tanaman inang dan pemilihan varietas tahan
sesuai sebaran ras; 2) Persemaian, dengan penggunaan benih sehat, Sanitasi
inang pada saluran irigasi, dan Hindari penggenangan terlalu dalam; 3) Tanaman
muda, dengan Pemupukan berimbang sesuai anjuran setempat, Sanitasi rerumputan
sumber pathogen, Pengeringan lahan secara berkala, yaitu 1 hari diairi dan 3-4
hari dikeringkan, dan terutama pada daerah
endemik serangan penyakit; 4) Sanitasi lingkungan, dengan memotong bagian
tanaman yang sakit dan membakarnya.
18
|
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dari
praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “mengenal gejala penyakit
tanaman” dapat disimpulkan bahwa dalam
mengenal dan membedakan penyakit tanaman harus mengetahui gejala penyakit tumbuhan yang dibagi menjadi 3 macam yaitu
Nekrosis, Hipoplastis, dan Hiperplastis. Nekrosis adalah gejala
yang terjadi akibat adanya kerusakan pada sel atau bagian sel bahkan kematian
sel. Hiplastis adalah gejala
yang disebabkan karena terhambat atau terhentinya pertumbuhan sel. Hiperplastis adalah gejala yang disebabkan
karena adanya pertumbuhan sel yang lebih dari biasanya (overdevelopment).
Dalam mengetahui gejala dan tanda yang disebabkan oleh cendawan, bakteri,
dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan (jamur) yaitu penyakit
rebah kecambah oleh Phythium sp, penyakit
embun tepung oleh Paranospora
parasitica, busuk lunak buah dan sayuran oleh Rhizopus sp, busuk lunak
timun suri oleh Choanephora cucurbitarum, embun bulu pada jagung oleh Peronosclerospora
maydis. Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri yaitu busuk lunak sayuran oleh Erwinia carotovora,
penyakit hawar api pada apel oleh Erwinia amylovora, penyakit kanker
pada tomat oleh Corynebacterium michiganense, penyakit kudis pada tomat
oleh Streptomyces scabies. Penyakit
yang disebabkan oleh virus yaitu penyakit kerdil rumput (Grassy
stunt) pada tanaman padi, penyakit mosaik tembakau oleh virus TMV (tobacco
mosaic virus), penyakit tungro oleh virus Tungro pada tanaman padi.
4.2 Saran
Saran untuk kegiatan
praktikum selanjutnya adalah agar mencari bahan yang sudah diketahui penyebab
penyakitnya, sehingga mahasiswa lebih mengerti dan praktikum berjalan lancar.
Terima kasih
19
|
Adinugroho, 2008. Konsep Timbulnya Penyakit (http://konsep-timbulnya-penyakit.pdf).
Diakses pada tanggal 8 April 2014
Fahmi. 2012. Gejala dan Tanda Penyakit Pada Tanaman.
(http://kickfahmi.blogspot.com).
Diakses pada tanggal 8 April 2014
Hasna, qomatul. 2012. Penggolongan Penyakit Tumbuhan
(http://planthospital.blogspot.com).
Diakses pada tanggal 8 April 2014
Epetani, 2014. Mengatasi Berbagai Penyakit Tumbuhan.
(http://epetani.deptan.go.id).
Diakses pada tanggal 9 April 2014
Cybex, 2014. Pengendalikan Penyakit Blight pada Daun
Mangga. http://cybex.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 10 April 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar