I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke
dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat
berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan
berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nematoda sangat kecil, para
petani sangat sulit membedakan dengan penyakit yang disebabkan oleh virus dan
bakteri (Pracaya, 2007).
Penggolongan nematoda berdasarkan orodo dibagi dalam 5
ordo sebagai berikut : 1) Dorylaimida, nematoda ini merupakan ektoparasit yang
biasanya menjadi vector beberapa penyakit tanaman; 2) Mononchida, nematoda ini
memangsa binatang kecil termasuk nematoda yang dikenal sebagai ordo predator
dari nematoda; 3) Rhabditida, umumnya yang termasuk ordo ini saprofit tidak
mempunyai stylet,dan ada juga yang
menjadi predator serangga; 4) Tilenchinida, umumnya nematoda yang termasuk
dalam ordo ini menjadi parasit tanaman; 5) Enoplida, nematoda yang termasuk
ordo ini banyak yang menjadi parasit serangga (Pracaya, 2008)
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri
dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus
hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama
pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung
pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan
300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva
tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk
mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian
menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan
menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan
sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian
kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan
atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat
muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama
hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan
inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan
kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi
betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar
mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk
keberhasilan siklus hidupnya (Anafzhu, 2009).
1.2 Tujuan
a. Mengenal dan mengetahui gejala serangan
nematoda.
b. Mampu mengekstraksi nematoda dari contoh
tanah dan akar, untuk kemudian mengidentifikasinya
II.BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dasar perlindungan tanaman materi “Melihat Bentuk
Nematoda” dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 April 2014 pada pukul 11.00 – 12.40
WIB Di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.
2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kain kasa 1 gulung, lem castol, contoh akar
dan tanah yang terserang nematoda. Alat yang digunakan adalah gunting atau
cutter dan gelas aqua 6 buah.
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Ekstraksi nematoda dari contoh akar
a. Membersihkan tanah yang akan diekstraksi dari
potongan akar atau kerikil.
b. Mengambil contoh tanah sebanyak ± 15 gram dan
diletakkan di dalam cawan B yang telah diberi alas kain kasa dan lapisan kapas.
c. Menuangkan air distilata sehingga membasahi
tanah dalam cawan B.
d. Menyimpan ekstraktor cawan tadi pada tempat
yang gelap selama 1 x 24 jam.
e. Mengangkat cawan B dengan hati-hati dan
mengamati suspense nematode dalam cawan A dengan menggunakan mikroskop.
2.3.2 Ekstraksi nematoda dari contoh tanaman
a. Mengambil seluruh akar atau bagian akar
tanaman contoh yang akan diekstraksi nematodanya.
b. Kemudian membersihkannya, setelah itu meletakkan
akar tersebut di atas kain kasa dan selanjutnya ditimbang ± 10 gram.
c. Memotong bagian tadi dengan panjang ± 1 cm.
d. Memasukkan akar ke dalam cawan ekstraksi yang
telah berisi air distilata sampai terendam.
e. Sesudah 1 x 24 jam, kemudian mengamati suspense
nematode dalam cawaan A dengan mikroskop.
2.3.3 Kegiatan praktikum
a. Mengamati dan menggambarkan bentuk nematoda
yang telah diamati menggunakan mikroskop.
b. Menuliskan ciri-ciri dari gejala yang tampak
pada tanaman yang terserang nematoda yang berada di tanah maupun di akar.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Melihat Bentuk Nematoda
No
|
Bagian yang diamati
|
Ciri-ciri tanaman yang diamati
|
1
|
Tanah perakaran tanaman terong pipih
|
·
Tanah lembab
·
Terdapat vegetasi
tanaman (rumput) disekitar
|
2
|
Akar tanaman terong pipih
|
·
Akar bengkak
·
Terdapat
bintil-bintil kecil pada akar
·
Daun menguning,
mengeriting, dan layu.
·
Pucuk daun mati.
|
3.2 Pembahasan
Gambar 1. Nematoda Jantan
Meloidogyne spp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
|
Gambar 2. Nemaoda Betina
Meloidogyne spp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
|
Klasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. Adalah sebagai berikut
:
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Sub Kelas : Secernenteae
Ordo :
Thylenchina
Famili : Heteroderidae
Genus : Meloidogyne
Spesies : Meloidogyne spp
Stadia serangan nematoda Meloidoyne
spp dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit, yaitu menyerang dari
dalam jaringan tanaman, sedangkan ektoparasit adalah menyerang dari luar
jaringan tanaman. Gejala serangan di bawah permukaan tanah yang disebabkan oleh
nematoda yaitu puru akar, busuk pada akar, nekrosis pada permukaan, luka yang
berukurab kecil sampai sedang, percabangan akar yangyang berlebihan, kematian
ujung akar, dan berbagai reaksi biokimia sebagai respon tanaman terhadap
serangan nematoda yaitu hiprerplasia.
Gejala serangan di atas permukaan tanah yang disebabkan oleh nematoda
dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu 1) pertumbuhan tidak normal yang diakibatkan
oleh luka pada tunas, titik tumbuh, dan primordial bunga antara lain tunas mati, batang dan daun
mengkerut, dan puru biji; 2) pertumbuhan tidak normal sebagai akibat terjadinya
luka pada bagian dalam batang dan daun antara lain nekrosis, bercak dan luka
daun, serta puru pada daun (Eko, 2011).
Pengendalian nematoda Meloidogyne spp dapat dilakukan secara hayati yaitu pengendalian
dengan musuh alami nematode, yang berasal dari berbagai kelompok organism,
misalnya jamur, bakteri, alga, protozoa, serangga yang biasa disebut sebagai
antagonis atau agen pengendali hayati (APH). Parasit biasanya mengeluarkan
enzim hidrolisis yang membantu proses parasitasi, sedangkan jamur predator
membentuk formasi perangkap, atau perekat untuk memudahkan mereka menangkap
mangsanya. Pembentukan perangkap
biasanya terstimulasi oleh senyawa
nemin yang dikeluarkan
oleh nematoda, protein, dan asam
amino lain yang berasal dari tanaman, valin, dan ekstrak Hibiscus
cannabinus L. Jamur-jamur
ini biasanya hidup di rizosfer, hanya tidak
membentuk struktur istirahat sehingga sulit diformulasi meskipun
mudah dibiakkan dalam media buatan. De Medeiros et al. (2009) menyatakan bahwa APH
yang sesuai untuk mengendalikan
nematoda adalah yang memiliki kelebihan sebagai
zat pengatur tumbuh (ZPT),
bersifat sebagai bakteri parasit
obligat; dari kelompok jamur,
yang terbaik adalah yang bisa memparasit telur, induk betina, atau jamur
predator, serta endomikorisa. Agen pe ngendali hayati nematoda Melidogyne spp. dari kelompok jamur
adalah Trichoderma spp, Paecylomyces
lilacinus, Arthrobrotys dan jamur perangkap lainnya. Agen pengendali hayati
dari kelompok bakteri adalah Pasteuria
penetrans, spesies Bacillus dan Pseudomonas atau Burkholderia cepacia. Selain pengendalian hayati dapat juga
dilakukan dengan cara bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak
sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada
pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi
pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi
tanah dengan pemupukan.
Manfaat mempelajari nematoda di bidang
pertanian adalah dengan mempelajari nematoda dapat mengetahui gejala serangan
yang diakibatkan oleh nematoda sehingga memudahkan di bidang pertanian untuk
mengendalikannya agar produksi pertanian dapat maksimal. Dalam mencapai produksi
maksimum di bidang pertanian serta menjaga kuantitas dan kualitas hasil panen,
dengan memahami nematoda sebagai wujud meningkatkan aplikasi pengetahuan dalam ilmu penyakit tumbuhan seperti
merekomendasikan cara pengendalian yang tepat khususnya pengendalian hayati
yang tidak mengubah atau mmerusak dari struktur tanah tersebut, serta mengenal
serangan nematoda melalui gejala dan tanda.
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum materi “Melihat
Bentuk Nematoda” dapat disimpulkan bahwa dalam mengenal dan mengetahui gejala
serangan nematode dapat dilakukan dengan cara pengidentifikasian gejala-gejala
yang tampak pada tanaman yang terserang nematoda yaitu tanaman kerdil,
klorosis, layu, pada akar timbul tumor, bisul atau puru akar.
Mengekstraksi nematoda dari contoh tanah dan
akar dapat dilakukan dengan metode ekstraksi Corong Baermann, kemudian mengamati bentuk dan bagian dari nematoda
dengan menggunkan mikroskop.
4.2 Saran
Saran untuk kemajuan praktikum selanjutnya
yaitu perlu dilakukan pengawasan dalam pengambilan nematode dari contoh tanah
dan akar secara benar agar tidak terjadi kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Purwadi Eko, 2011. Gejala Serangan Nematoda Pada Tanaman. http://www.onlinesyariah.com. Diakses pada tanggal 30 april 2014
Pracaya,
2007. Pengertian Nematoda. Penebar
Swadaya, Jakarta
Pracaya
2008. Penggolongan Nematoda. Penebar
Swadaya, Jakarta
Yulianti
Titiek, 2012. Pengendalian Hayati
Nematoda Meloidogyne spp. http:// balittas.litbang.deptan.go.id.
Diakses pada tanggal 1 mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar