Sabtu, 15 November 2014

Laporan Praktikum Perlintan "Melihat Bentuk Nematoda"



I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Nematoda merupakan mikroorganisme yang digolongkan ke dalam filum dunia hewan. Nematoda ketika dilihat di bawah mikroskop terlihat berupa cacing-cacing mikroskopis dengan ukuran tubuh yang sangat kecil dan berwarnah bening. Secara umum karena ukuran tubuh nematoda sangat kecil, para petani sangat sulit membedakan dengan penyakit yang disebabkan oleh virus dan bakteri (Pracaya, 2007).
Penggolongan nematoda berdasarkan orodo dibagi dalam 5 ordo sebagai berikut : 1) Dorylaimida, nematoda ini merupakan ektoparasit yang biasanya menjadi vector beberapa penyakit tanaman; 2) Mononchida, nematoda ini memangsa binatang kecil termasuk nematoda yang dikenal sebagai ordo predator dari nematoda; 3) Rhabditida, umumnya yang termasuk ordo ini saprofit tidak mempunyai stylet,dan ada juga yang menjadi predator serangga; 4) Tilenchinida, umumnya nematoda yang termasuk dalam ordo ini menjadi parasit tanaman; 5) Enoplida, nematoda yang termasuk ordo ini banyak yang menjadi parasit serangga (Pracaya, 2008)
Umumnya perkembangan nematoda parasit tanaman terdiri dari tiga fase yaitu fase larva I sampai larva IV dan nematoda dewasa. Siklus hidup nematoda puru akar sekitar 18–21 hari atau 3–4 minggu dan menjadi lama pada suhu yang dingin. Jumlah telur yang dihasilkan seekor betina tergantung pada kondisi lingkungannya. Pada kondisi biasa betina dapat menghasilkan 300-800 telur dan kadang-kadang dapat menghasilkan lebih dari 2800 telur. Larva tingkat II menetas dari telur yang kemudian bergerak menuju tanaman inang untuk mencari makanan, terutama bagian ujung akar di daerah meristem, larva kemudian menembus korteks akibatnya pada tanaman yang rentan terjadi infeksi dan menyebabkan pembesaran sel-sel. Di dalam akar larva menetap dan menyebabkan perubahan sel-sel yang menjadi makanannya, larva menggelembung dan melakukan pergantian kulit dengan cepat untuk kedua dan ketiga kalinya, selanjutnya menjadi jantan atau betina dewasa yeng berbentuk memanjang di dalam kutikula, stadium ke empat muncul dari jaringan akar dan menghasilkan telur secara terus menerus selama hidupnya. Nutrisi yang tersedia serta jumlah larva per unit area jaringan inang. Larva jantan lebih banyak jika akar terserang berat dan zat makanan kurang, jika sedikit larva pada jaringan inang maka hampir semua menjadi betina, tetapi reproduksinya kebanyakan partenogenesis, walaupun exudat akar mampu memacu penetasan telur, tetapi senyawa tersebut tidak diperlukan untuk keberhasilan siklus hidupnya (Anafzhu, 2009).

1.2 Tujuan
a.    Mengenal dan mengetahui gejala serangan nematoda.
b.    Mampu mengekstraksi nematoda dari contoh tanah dan akar, untuk kemudian mengidentifikasinya


II.BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dasar perlindungan tanaman materi “Melihat Bentuk Nematoda” dilaksanakan pada hari Sabtu, 26 April 2014 pada pukul 11.00 – 12.40 WIB Di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah kain kasa 1 gulung, lem castol, contoh akar dan tanah yang terserang nematoda. Alat yang digunakan adalah gunting atau cutter dan gelas aqua 6 buah.

2.3 Cara Kerja
2.3.1 Ekstraksi nematoda dari contoh akar
a.       Membersihkan tanah yang akan diekstraksi dari potongan akar atau kerikil.
b.      Mengambil contoh tanah sebanyak ± 15 gram dan diletakkan di dalam cawan B yang telah diberi alas kain kasa dan lapisan kapas.
c.       Menuangkan air distilata sehingga membasahi tanah dalam cawan B.
d.      Menyimpan ekstraktor cawan tadi pada tempat yang gelap selama 1 x 24 jam.
e.       Mengangkat cawan B dengan hati-hati dan mengamati suspense nematode dalam cawan A dengan menggunakan mikroskop.

2.3.2 Ekstraksi nematoda dari contoh tanaman
a.       Mengambil seluruh akar atau bagian akar tanaman contoh yang akan diekstraksi nematodanya.
b.      Kemudian membersihkannya, setelah itu meletakkan akar tersebut di atas kain kasa dan selanjutnya ditimbang ± 10 gram.
c.       Memotong bagian tadi dengan panjang ± 1 cm.
d.      Memasukkan akar ke dalam cawan ekstraksi yang telah berisi air distilata sampai terendam.
e.       Sesudah 1 x 24 jam, kemudian mengamati suspense nematode dalam cawaan A dengan mikroskop.

2.3.3 Kegiatan praktikum
a.       Mengamati dan menggambarkan bentuk nematoda yang telah diamati menggunakan mikroskop.
b.      Menuliskan ciri-ciri dari gejala yang tampak pada tanaman yang terserang nematoda yang berada di tanah maupun di akar.


III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Melihat Bentuk Nematoda
No
Bagian yang diamati
Ciri-ciri tanaman yang diamati
1
Tanah perakaran tanaman terong pipih
·                     Tanah lembab
·                     Terdapat vegetasi tanaman (rumput) disekitar

2
Akar tanaman terong pipih
·                     Akar bengkak
·                     Terdapat bintil-bintil kecil pada akar
·                     Daun menguning, mengeriting, dan layu.
·                     Pucuk daun mati.

3.2 Pembahasan
Gambar 1. Nematoda Jantan
Meloidogyne spp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Gambar 2. Nemaoda Betina
Meloidogyne spp.
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Klasifikasi dari nematoda Meloidogyne spp. Adalah sebagai berikut :
Filum               : Nemathelminthes
Kelas               : Nematoda
Sub Kelas        : Secernenteae
Ordo                : Thylenchina
Famili              : Heteroderidae
Genus              : Meloidogyne
Spesies            : Meloidogyne spp
Stadia serangan nematoda Meloidoyne spp dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu endoparasit dan ektoparasit. Endoparasit, yaitu menyerang dari dalam jaringan tanaman, sedangkan ektoparasit adalah menyerang dari luar jaringan tanaman. Gejala serangan di bawah permukaan tanah yang disebabkan oleh nematoda yaitu puru akar, busuk pada akar, nekrosis pada permukaan, luka yang berukurab kecil sampai sedang, percabangan akar yangyang berlebihan, kematian ujung akar, dan berbagai reaksi biokimia sebagai respon tanaman terhadap serangan nematoda yaitu hiprerplasia.  Gejala serangan di atas permukaan tanah yang disebabkan oleh nematoda dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu 1) pertumbuhan tidak normal yang diakibatkan oleh luka pada tunas, titik tumbuh, dan primordial bunga  antara lain tunas mati, batang dan daun mengkerut, dan puru biji; 2) pertumbuhan tidak normal sebagai akibat terjadinya luka pada bagian dalam batang dan daun antara lain nekrosis, bercak dan luka daun, serta puru pada daun (Eko, 2011).
Pengendalian nematoda Meloidogyne spp dapat dilakukan secara hayati yaitu pengendalian dengan musuh alami nematode, yang berasal dari berbagai kelompok organism, misalnya jamur, bakteri, alga, protozoa, serangga yang biasa disebut sebagai antagonis atau agen pengendali hayati (APH). Parasit biasanya mengeluarkan enzim hidrolisis yang membantu proses parasitasi, sedangkan jamur predator membentuk formasi perangkap, atau perekat untuk memudahkan mereka menangkap mangsanya.  Pembentukan perangkap biasanya terstimulasi  oleh  senyawa  nemin  yang  dikeluarkan  oleh nematoda, protein,  dan asam amino lain yang berasal dari tanaman, valin, dan ekstrak  Hibiscus cannabinus  L.  Jamur-jamur  ini  biasanya  hidup di rizosfer, hanya  tidak  membentuk  struktur  istirahat sehingga sulit diformulasi meskipun mudah dibiakkan dalam media buatan. De Medeiros et al. (2009) menyatakan  bahwa APH  yang  sesuai untuk mengendalikan nematoda adalah yang memiliki kelebihan sebagai  zat  pengatur tumbuh (ZPT), bersifat sebagai  bakteri  parasit  obligat; dari kelompok  jamur, yang terbaik adalah yang bisa memparasit telur, induk betina, atau jamur predator, serta endomikorisa. Agen pe ngendali hayati nematoda Melidogyne spp. dari kelompok jamur adalah Trichoderma spp, Paecylomyces lilacinus, Arthrobrotys dan jamur perangkap lainnya. Agen pengendali hayati dari kelompok bakteri adalah Pasteuria penetrans, spesies Bacillus dan Pseudomonas atau Burkholderia cepacia. Selain pengendalian hayati dapat juga dilakukan dengan cara bercocok tanam melalui pengaturan waktu tanam yaitu menanam tanaman pada waktu yang tidak sesuai dengan perkembangan nematoda, membajak tanah agar nematoda yang berada pada lapisan dalam tanah akan naik kepermukaan tanah sehingga terjadi pengeringan oleh panas matahari, kelembaban tanah, perbaikan dan komposisi tanah dengan pemupukan.
Manfaat mempelajari nematoda di bidang pertanian adalah dengan mempelajari nematoda dapat mengetahui gejala serangan yang diakibatkan oleh nematoda sehingga memudahkan di bidang pertanian untuk mengendalikannya agar produksi pertanian dapat maksimal. Dalam mencapai produksi maksimum di bidang pertanian serta menjaga kuantitas dan kualitas hasil panen, dengan memahami nematoda sebagai wujud meningkatkan aplikasi pengetahuan  dalam ilmu penyakit tumbuhan seperti merekomendasikan cara pengendalian yang tepat khususnya pengendalian hayati yang tidak mengubah atau mmerusak dari struktur tanah tersebut, serta mengenal serangan nematoda melalui gejala dan tanda.


IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum materi “Melihat Bentuk Nematoda” dapat disimpulkan bahwa dalam mengenal dan mengetahui gejala serangan nematode dapat dilakukan dengan cara pengidentifikasian gejala-gejala yang tampak pada tanaman yang terserang nematoda yaitu tanaman kerdil, klorosis, layu, pada akar timbul tumor, bisul atau puru akar.
Mengekstraksi nematoda dari contoh tanah dan akar dapat dilakukan dengan metode ekstraksi Corong Baermann, kemudian mengamati bentuk dan bagian dari nematoda dengan menggunkan mikroskop.

4.2 Saran
Saran untuk kemajuan praktikum selanjutnya yaitu perlu dilakukan pengawasan dalam pengambilan nematode dari contoh tanah dan akar secara benar agar tidak terjadi kesalahan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anafzhu, 2009. Daur Hidup Nematoda. http://anafzhu.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 April 2014

Purwadi Eko, 2011. Gejala Serangan Nematoda Pada Tanaman. http://www.onlinesyariah.com. Diakses pada tanggal 30 april 2014

Pracaya, 2007. Pengertian Nematoda. Penebar Swadaya, Jakarta

Pracaya 2008. Penggolongan Nematoda. Penebar Swadaya, Jakarta

Yulianti Titiek, 2012. Pengendalian Hayati Nematoda Meloidogyne spp. http:// balittas.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal  1 mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar