I.PENDAHULUAN
1.1 Dasar Teori
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun
yang digunakan untuk mengendalikan jasad penganggu yang merugikan
kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup
lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang
kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam
melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun
tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor
yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan
dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan
dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam
berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain (Kristofer, 2010).
Dipandang dari segi
jasad pengganggu yang menimbulkan kerugian, maka pestisida dibagi menjadi 6
golongan yaitu : insektisida, fungisida, rodentisida, herbisida, bekterisida,
dan nematisida. 1) Insektisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh
serangga, contohnya : Lirocide
650 EC; 2) Fungisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh jamur atau
cendawan, contohnya : Dithane M-45 80P; 3) Rodentisida adalah pestisida yang
berfungsi untuk membunuh binatang penggerat, contohnya : Dipachin 110; 4)
Herbisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh gulma, contohnya : Gramoxone;
5) Bakterisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh bakteri,
contohnya : Contohnya Trichlorophenol Streptomycin; 6) Nematisida adalah
pestisida yang berfungsi untuk membunuh nematode, contohnya : Furadan (Adnan,
2011).
|
Ada beberapa teknik
pengaplikasian pestisida di lapangan, adalah
penyemprotan (Spraying), Pengabut,
Pengembus (dusting), penyebaran
butiran, dan fumigasi. 1) penyemprotan (Spraying)
adalah metode yang paling banyak digunakan.
Biasanya digunakan 100-200 literenceran insektisida per ha. Paling banyak
adalah 1000liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV; 2)
Pengabut adalah formulasi yang digunakan hampir sama dengan penyemprotan namun
biasanya digunakan low volume yang artinya volume cairan yang digunakan pada
pengabut jauh lebih rendah daripada penyemprotan biasa, konsentrasinya cukup
tinggi; 3) Pengembus (dusting) adalah
cara yang digunakan untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, dusting sangat
efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui
efek perilaku trofalaksis. Penyebaran butiran, pestisida yang digunakan
berbentuk granular biasanya dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat
penyebar (spreader); 4) Penyebaran butiran adalah pestisida yang digunakan
berbentuk granular biasanya dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat
penyebar (spreader); 5) Fumigasi adalah pestisida ini berupa zat kimia yang
dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama.
Biasanya digunakan di gudang penyimpanan dengan menggunakan alat yang dinamakan
fumigator (Arief, 2013)
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum
dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi “Mengenal Pestisida dan
Aplikasinya” adalah
a.
Mengetahui dan dapat membedakan
formulasi pestisida.
b.
Mengetahui dan menentukan formulasi
pestisida yang lebih aman untuk diaplikasikan serta mengetahui
kelemahan-kelemahan dalam aplikasinya.
II.
BAHAN DAN METODE
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dasar perlindungan tanaman materi “Mengenal Pestisida
dan Aplikasinya” dilaksanakan pada hari Sabtu, 03 Mei 2014 pada pukul 11.00 –
12.40 WIB Di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.
2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan
adalah beberapa jenis dan formulasi pestisida (disesuaikan dengan yang tersedia
di laboratorium) yaitu Antracol, Basamid-G, Dithane M-45, Bancol,
Rackus, Ridomil, Petrogenol,
Dursban, Daconil, Indovin,
Agrept, dan Dithane. Alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera.
2.3 Cara Kerja
a.
Menyiapkan bahan yang diperlukan, yaitu
pestisida dengan 3 formulasi WP, EC, Granular.
b.
Kemudian melakukan pengamatan dengan
cara mengidentifikasi yaitu menentukan golongan , nama umum, nama dagang,
formulasi, dan OPT (Organisme Penggganggu Tumbuhan) sasaran dan teknik
aplikasinya.
c.
Membuat keterangan dari masing-masing
golongan pestisida.
|
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
No
|
Golongan
|
Nama
Umum
|
Nama
Dagang
|
Formulasi
|
OPT
Sasaran
|
Teknik
Aplikasi
|
|
1
|
Fungisida
|
Propenip 70,5%
|
Antracol
|
70 WP
|
Jamur
atau cendawan
|
Penyemprotan
|
|
2
|
Nematisida,
Insektisida, dan Fungisida
|
Dasomet 98%
|
Basamid-G
|
98 WP
|
Ulat
tanah (Agrotis sp), Nematoda , Pratylenehus sp, Meloidogyne sp, Helicotylenehus
sp, Cendawan,, Rhizoctonia sp, Pythium sp, Fusarium sp, Akar gada, Plasmodiophora
brassicae
|
Penyebaran
|
|
3
|
Fungisida
|
Mankozeb 80%
|
Dithane
M-45
|
80 WP
|
Cendawan
|
Penyemprotan
|
|
4
|
Insektisida
|
Bensultap 50%
|
Bancol
|
50 WP
|
serangga
|
Penyemprotan
|
|
5
|
Rodentisida
|
Mesophide 80%
|
Rackus
|
80 P
|
Tikus
|
Penyebaran
|
|
6
|
Fungisida
|
Metalaksil 35%
|
Ridomil
|
35 SP
|
Jamur
(Sclerospora maydis)
|
Penyemprotan
|
|
7
|
Antraktan
|
Metil eugel 800 g/l
|
Petrogenol
|
80 L
|
Hama
lalat buah (Dacus sp)
|
Penyemprotan
|
|
8
|
Insektisida
|
Klorpiripos 200 g/l
|
Dursban
|
20 EC
|
Hama
pada tanaman
|
|
|
9
|
Fungisida
|
Klorotalonil 75%
|
Daconil
|
75 WP
|
Penyakit
pada tanaman
|
penyemprotan
|
|
10
|
Insektisida
|
Karbonil 85%
|
Indovin
|
85 SP
|
Ulat
grayak (Spodoptera litera)
|
penyemprotan
|
|
11
|
baterisida
|
Streptomisin sulfat 20%
|
Agrept
|
20 WP
|
Bakteri
Pseudomonas solapareatum
|
Penyemprotan
|
|
12
|
fungisida
|
Mankozeb 80%
|
Dithane
|
80 WP
|
Penyakit
pada tanaman apel
|
Penyemprotan
|
3.2 Pembahasan
3.1 Antracol
Gambar 1. Antracol 70 WP
Sumber : dokumentasi pribadi
Antracol 70 WP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh
jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah
Propenib 70,5 %. Cara aplikasi Antracol 70 WP adalah penyemprotan yaitu dengan
volume air 750-1000 l/ha. Mengaplikasikan pada gejala yang timbul, dengan
interval 5-7 hari atau tergantung level kerusakan. Antracol dapat dipergunakan
hanya satu kali bila level infeksinya masih rendah, medium atau dalam tahap
vegetatif, namun bila sudah sampai tahap infeksi parah/ generatif, Antracol
lebih baik dicampur dengan Pitora dengan takaran konsentrasi Antracol 2 g/l + Pitora 0.7 g/l.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.2 Basamid-G
Gambar 2. Basamid-G 98 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Basamid-G 98 WP
termasuk ke dalam jenis pestisida golongan Nematisida, Insektisida dan
Fungisida yaitu pestisida untuk membunuh Ulat tanah (Agrotis sp), Nematoda , Pratylenehus
sp, Meloidogyne sp, Helicotylenehus sp, Cendawan,, Rhizoctonia sp, Pythium sp, Fusarium sp,
Akar gada, Plasmodiophora brassicae.
Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Dazomed 98 %. Cara
aplkasi Basanid-G adalah penyebaran butiran. Waktunya pada saat kondisi tanah
dan lingkungan masih lembab, pada pagi hari. Penyebaran butiran dilakukan jug
pada saat cuaca cerah, karena jika mendung dan hujan, maka pestisida tersebut
dapat tercuci air hujan.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.3 Dithane M-45
Gambar 3. Dithane M-45 80 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dhitane M-45 80 WP
termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk
membunuh jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol
adalah Mankozeb 80 %. Cara aplikasi Dithane M-45 80 WP adalah penyemprotan
volume tinggi dimulai 5 minggu setelah tanam apabila terlihat gejala serangan
atau bila kelembaban tinggi dan suhu rata-rata harian diatas 27 derajat Celcius
dan diulangi setiap 1 – 2 minggu sesuai tingkat serangan.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi),
penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami,
pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah
lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya
organisme yang berguna.
3.4 Bancol
Gambar 4. Bancol 50 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Bancol 50 WP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan insektisida yaitu pestisida untuk membunuh
serangga. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Bensultap 50%.
Cara aplikasi Bancol 50 WP adalah penyemprotan dengan menambahkan air. Waktu
aplikasi pestisida yang baik yaitu pada saat waktu terjadi aliran udara naik.
Sehingga waktu penyemprotan yang baik saat pagi hari sebelum jam 10 dan sore
hari setelah jam 3.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.5 Rackus
Gambar 5. Rackus 80 PL
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Rackus 80 PL termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan rodentisida yaitu pestisida untuk membunuh
hama tikus. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam rackus 80 PL adalah
Mesophide 80%. Cara aplikasi Rackus 80 PL yaitu dengan dicampurkan pada bahan
makanan. Waktu paling baik saat mencampurkan bahan makanan adalah pada saat
tikus mencari makanan yaitu malam hari.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan
daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.6 Ridomil
Gambar 6. Ridomil 35 SD
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ridomil 35 SD termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh
jamur atau cendawan Scelospora maydis
pada tanaman jagung dengan formulasi 35 SD. Jenis bahan aktif yang terkandung
dalam Ridomil 35 SP adalah Metalaksil 35%.
Cara aplikasi Ridomil 35 SD adalah penyemprotan yaitu dengan mencampurkan 5
gram ridomil 35 SD dilarutkan dengan 7,5 ml air per kg benih jagung, kemudian
campur merata sampai menutup seluruh permukaan benih jagung. Kemudian benih
tersebut dikeringkan dan setelah kering siap dipakai.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.7 Petrogenol
Gambar 7. Petrogenol 800 L
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Petrogenol 800 L termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan antraktan yaitu pestisida untuk membunuh hama
lalat buah (Dacus sp) dengan
formulasi 800 L. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Petrogenol 800 L
adalah Metil eugel 800 g/l. Cara aplikasi Petrogenol 880 L adalah dengan
mengikat yaitu dipaparkan pada medium kapas. Mampatkan kapas dengan dipilin
sampai sebesar ibu jari kemudian diikat dengan kawat kecil. Teteskan Petrogenol
800 L sebanyak 0,125 – 0,25 ml (pada kapas sampai basah namun tidak menetes).
Pasang pilinan kapas yang sudah diberi Petrogenol 800 L di dalam tabung
perangkap sedemikian rupa sehingga menggantung pada bagian tengah tabung
perangkap. Gantungkan perangkap pada dahan atau ranting setinggi 2 – 3 meter
dari tanah atau di bagian dalam tajuk pohon.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.8 Dursban
Gambar 8. Dursban 200 EC
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dursban 200 EC termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan insektisida yaitu pestisida untuk membunuh
serangga hama pada tanaman dengan formulasi 200 EC. Jenis bahan aktif yang
terkandung dalam Dursban 200 EC adalah Klorpirifos 200 g/l. Cara aplikasi
Dursban 200 EC adalah penyemprotan dengan cara kerja kontak, lambung,
pernafasan yaitu jika Racun Kontak, maka hanya yang hama yang terkena kontak
dengan pestisida ini yang akan merasakan efek kematiannya, tapi jika
hama/serangga tersebut tidak terkena kontak, maka hama/serangganya tetap
selamat.
Jika Racun Lambung, hanya jika termakan oleh hama/serangga saja baru ada efeknya
dan Racun Pernafasan hanya yang menghirupnya saja yang mati.
Jika Racun Lambung, hanya jika termakan oleh hama/serangga saja baru ada efeknya
dan Racun Pernafasan hanya yang menghirupnya saja yang mati.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.9 Daconil
Gambar 9. Daconil 75 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Daconil 75 WP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh
jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Daconil 75 WP
adalah Klorotalonil 75%. Cara aplikasi Daconil 75 WP adalah penyemprotan dengan
pertama dilakukan segera setelah ditemukan gejala dan diulang dengan interval
tergantung jenis dan intensitas serangan patogen penyebab penyakit. Konsentrasi 7.5-15 g/10 l air, 5-7 hari.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.10 Indovin
Gambar 10. Indovin 85 SP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Indovin 85 SP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan Insektisida yaitu pestisida untuk membunuh
serangga hama ulat grayak (Spodoptera
litera). Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Indovin 85 SP adalah Karbaril
85%. cara aplikasi Indovin 85 SP adalah dengan cara penyemprotan yang dicampur
dengan air. Waktu aplikasi pestisida yang baik yaitu pada saat waktu terjadi
aliran udara naik. Sehingga waktu penyemprotan yang baik saat pagi hari sebelum
jam 10 dan sore hari setelah jam.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.11 Agrept
Gambar 11. Agrept 20 WP
Sumber ;Dokumentasi Pribadi
Agrept 20 WP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan bakterisida yaitu pestisida untuk membunuh
bakteri Psseudomonas solapareatum.
Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Agrept 20 WP adalah Streptomisin sulfat
20%. Cara aplikasi Agrept 20 WP adalah dengan penyemprotan yaitu konsentrasi 2
– 2,5 g/l penyemprotan
volume tinggi dilakukan pada saat gejala penyakit tampak dengan intensitas
masih sangat rendah setiap minggu sebanyak 7 kali.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
3.12 Dithane
Gambar 12. Dhitane M-45 80 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dithane M-45 80 WP termasuk
ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh
jamur atau cendawan pada tanaman apel. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Dithane
M-45 80 WP adalah Mankozeb 80%. Cara aplikasi Dithane M-45 80 WP adalah
penyemprotan volume tinggi dimulai 5 minggu setelah tanam apabila terlihat
gejala serangan atau bila kelembaban tinggi dan suhu rata-rata harian diatas 27
derajat Celcius dan diulangi setiap 1 – 2 minggu sesuai tingkat serangan.
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
IV.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan
praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “Mengenal Pestisida dan
Aplikasinya” yaitu dalam membedakan formulasi pestisida sebelumnya harus
mengetahui formulasi pestisida yang dibagi menjadi 2 yaitu padat dan cair.
Formulasi pestisida bentuk cair antara lain yaitu 1) EC (Emulsifiable Cocentrate atau
Emulsible Cocentrate). 2) Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble
Concentrate (WSC). 3) Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC); 4)
Soluble (SL); 5) Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW).; 6) Ultra Low
Volume (ULV). Sedangkan formulasi pestisida dalam bentuk padat antara lain
yaitu, 1) Wettable Powder (WP); 2) Soluble powder (S atau SP); 3) Butiran (G);
4) Water Dipersible Granule (WG atau WDG); 5) Seed dreesing (SD) atau Seed
Treatment (ST); 6) Tepug Hembus atau Dust (D; 7) Umpan atau bait (B) ready Mix
Bait (RB atau RMB).
Secara umum, kelebihan
pestisida jenis ini adalah mudah
di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang
di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan,
dan daya racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi serangga. Sedangkan
kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru
(resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya
musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia,
tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan
matinya organisme yang berguna.
4.2 Saran
|
DAFTAR
PUSTAKA
Adnan,
2011. Penggolongan Pesitisida .(http://www.kesmas-unsoed.info/2011/05/makalah-pengertian-dan-penggolongan.html). diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Arief,
2013. Aplikasi Pestisida. (http://formatfpuns.blogspot.com/2013/02/formulasi-dan-aplikasi-pestisida-sebuah.html).
diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Adawiaah, 2013. Ridomil
35 SD. (http://adawiiah.blogspot.com/2013/01/laporan-pengenalan-fungisida_6600.html).
diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Pekalongan, 2011. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida. (http://bpkkedungwuni.blogspot.com)
Diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Devi, 2012. Agrept
20 WP. http://kebunbibit.com/1903-petrogenol-800l.html.
diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Rasyid, 2011. Jenis-jenis
Pestisida. http://tanibaru.blogspot.com/2011/04/antracol-fungisida.html.
diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Sandy Rachmad, 2011. Cara Aplikasi Dursban 200 EC. (http://blajartani.blogspot.com).
Diakses pada tanggal 14
Mei 2014
Wang Jou,
2013. Formulasi Pestisida. (http://wang-jou.blogspot.com/2013/01/bentuk-bentuk-formulasi-pada-pestisida.html).
diakses pada tanggal 14
Mei 2014
|
LAMPIRAN
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar