Sabtu, 15 November 2014

Laporan Praktikum Perlintan "Mengenal Pestisida dan Aplikasinya"



I.PENDAHULUAN

1.1 Dasar Teori
Pestisida secara umum diartikan sebagai bahan kimia beracun yang digunakan untuk mengendalikan  jasad penganggu yang merugikan kepentingan manusia. Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain (Kristofer, 2010).
Dipandang dari segi jasad pengganggu yang menimbulkan kerugian, maka pestisida dibagi menjadi 6 golongan yaitu : insektisida, fungisida, rodentisida, herbisida, bekterisida, dan nematisida. 1) Insektisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh serangga, contohnya : Lirocide 650 EC; 2) Fungisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan, contohnya : Dithane M-45 80P; 3) Rodentisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh binatang penggerat, contohnya : Dipachin 110; 4) Herbisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh gulma, contohnya : Gramoxone; 5) Bakterisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh bakteri, contohnya : Contohnya Trichlorophenol Streptomycin; 6) Nematisida adalah pestisida yang berfungsi untuk membunuh nematode, contohnya : Furadan (Adnan, 2011).

Formulasi pestisida dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu cair dan padat. Formulasi pestisida bentuk cair antara lain yaitu 1) EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk pekatan (konsentrat) cair dengan konsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi. Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran benda cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain; 2) Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decamp[ur air tidsak membentuk emulsi, melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan dengan cara disemprotkan; 3) Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini diarutkan dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air. Pestisida ini juga dighunakan dengan cara disemprot; 4) Soluble (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat mengacu pada formulasi slurry; 5) Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair yangs angat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emilsi seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan; 6) Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV umumnya merupakan sdiaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air. Sedangkan formulasi pestisida dalam bentuk padat antara lain yaitu, 1) Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang penggunaannya dengan cara disemprot; 2) Soluble powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur air akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprotkan; 3) Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan konsetrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di lapagan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur) setelah penaburan dapat diikuti denga pegolahan tanah atai tidak. Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular; 4) Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus diencerkan denga air dan digunakan dengan cara disemprotkan; 5) Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang khusus digunakan untuk perawatan benih; 6) Tepug Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah yang digunakan dengan cara dihembuskan; 7) Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida (Wang Jou, 2013).
Ada beberapa teknik pengaplikasian pestisida di lapangan, adalah  penyemprotan (Spraying), Pengabut, Pengembus (dusting), penyebaran butiran, dan fumigasi. 1) penyemprotan (Spraying) adalah metode yang paling banyak digunakan. Biasanya digunakan 100-200 literenceran insektisida per ha. Paling banyak adalah 1000liter/ha sedang paling kecil 1 liter/ha seperti dalam ULV; 2) Pengabut adalah formulasi yang digunakan hampir sama dengan penyemprotan namun biasanya digunakan low volume yang artinya volume cairan yang digunakan pada pengabut jauh lebih rendah daripada penyemprotan biasa, konsentrasinya cukup tinggi; 3) Pengembus (dusting) adalah cara yang digunakan untuk hama rayap kayu kering Cryptotermes, dusting sangat efisien bila dapat mencapai koloni karena racun dapat menyebar sendiri melalui efek perilaku trofalaksis. Penyebaran butiran, pestisida yang digunakan berbentuk granular biasanya dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat penyebar (spreader); 4) Penyebaran butiran adalah pestisida yang digunakan berbentuk granular biasanya dilakukan dengan alat penyebar dan atau alat penyebar (spreader); 5) Fumigasi adalah pestisida ini berupa zat kimia yang dapat menghasilkan uap, gas, bau, asap yang berfungsi untuk membunuh hama. Biasanya digunakan di gudang penyimpanan dengan menggunakan alat yang dinamakan fumigator (Arief, 2013)




1.2 Tujuan
Tujuan praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman dengan materi “Mengenal Pestisida dan Aplikasinya” adalah
a.       Mengetahui dan dapat membedakan formulasi pestisida.
b.      Mengetahui dan menentukan formulasi pestisida yang lebih aman untuk diaplikasikan serta mengetahui kelemahan-kelemahan dalam aplikasinya.


II. BAHAN DAN METODE

2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum dasar perlindungan tanaman materi “Mengenal Pestisida dan Aplikasinya” dilaksanakan pada hari Sabtu, 03 Mei 2014 pada pukul 11.00 – 12.40 WIB Di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah beberapa jenis dan formulasi pestisida (disesuaikan dengan yang tersedia di laboratorium) yaitu Antracol, Basamid-G, Dithane M-45,  Bancol,  Rackus, Ridomil, Petrogenol,  Dursban, Daconil, Indovin,  Agrept, dan Dithane. Alat yang digunakan adalah alat tulis dan kamera.

2.3 Cara Kerja
a.       Menyiapkan bahan yang diperlukan, yaitu pestisida dengan 3 formulasi WP, EC, Granular.
b.      Kemudian melakukan pengamatan dengan cara mengidentifikasi yaitu menentukan golongan , nama umum, nama dagang, formulasi, dan OPT (Organisme Penggganggu Tumbuhan) sasaran dan teknik aplikasinya.
c.       Membuat keterangan dari masing-masing golongan pestisida.


 

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
No
Golongan
Nama Umum
Nama Dagang
Formulasi
OPT Sasaran
Teknik Aplikasi
1
Fungisida
Propenip 70,5%
Antracol
70 WP
Jamur atau cendawan
Penyemprotan
2
Nematisida, Insektisida, dan Fungisida
Dasomet 98%
Basamid-G
98 WP
Ulat tanah (Agrotis sp), Nematoda , Pratylenehus sp, Meloidogyne sp, Helicotylenehus sp, Cendawan,, Rhizoctonia sp, Pythium sp, Fusarium sp, Akar gada, Plasmodiophora brassicae
Penyebaran
3
Fungisida
Mankozeb 80%
Dithane M-45
80 WP
Cendawan
Penyemprotan
4
Insektisida
Bensultap 50%
Bancol
50 WP
serangga
Penyemprotan
5
Rodentisida
Mesophide 80%
Rackus
80 P
Tikus
Penyebaran
6
Fungisida
Metalaksil 35%
Ridomil
35 SP
Jamur (Sclerospora maydis)
Penyemprotan
7
Antraktan
Metil eugel 800 g/l
Petrogenol
80 L
Hama lalat buah (Dacus sp)
Penyemprotan
8
Insektisida
Klorpiripos 200 g/l
Dursban
20 EC
Hama pada tanaman

Penyemprotan
9
Fungisida
Klorotalonil 75%
Daconil
75 WP
Penyakit pada tanaman
penyemprotan
10
Insektisida
Karbonil 85%
Indovin
85 SP
Ulat grayak (Spodoptera litera)
penyemprotan
11
baterisida
Streptomisin sulfat 20%
Agrept
20 WP
Bakteri Pseudomonas solapareatum
Penyemprotan
12
fungisida
Mankozeb 80%
Dithane
80 WP
Penyakit pada tanaman apel
Penyemprotan

3.2 Pembahasan
3.1 Antracol
Gambar 1. Antracol 70 WP
Sumber : dokumentasi pribadi

Antracol 70 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Propenib 70,5 %. Cara aplikasi Antracol 70 WP adalah penyemprotan yaitu dengan volume air 750-1000 l/ha. Mengaplikasikan pada gejala yang timbul, dengan interval 5-7 hari atau tergantung level kerusakan. Antracol dapat dipergunakan hanya satu kali bila level infeksinya masih rendah, medium atau dalam tahap vegetatif, namun bila sudah sampai tahap infeksi parah/ generatif, Antracol lebih baik dicampur dengan Pitora dengan takaran konsentrasi Antracol 2 g/l + Pitora 0.7 g/l.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

3.2 Basamid-G
Gambar 2. Basamid-G 98 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Basamid-G 98 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan Nematisida, Insektisida dan Fungisida yaitu pestisida untuk membunuh Ulat tanah (Agrotis sp), Nematoda , Pratylenehus sp, Meloidogyne sp, Helicotylenehus sp, Cendawan,, Rhizoctonia sp, Pythium sp, Fusarium sp, Akar gada, Plasmodiophora brassicae. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Dazomed 98 %. Cara aplkasi Basanid-G adalah penyebaran butiran. Waktunya pada saat kondisi tanah dan lingkungan masih lembab, pada pagi hari. Penyebaran butiran dilakukan jug pada saat cuaca cerah, karena jika mendung dan hujan, maka pestisida tersebut dapat tercuci air hujan.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

3.3 Dithane M-45
Gambar 3. Dithane M-45 80 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Dhitane M-45 80 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Mankozeb 80 %. Cara aplikasi Dithane M-45 80 WP adalah penyemprotan volume tinggi dimulai 5 minggu setelah tanam apabila terlihat gejala serangan atau bila kelembaban tinggi dan suhu rata-rata harian diatas 27 derajat Celcius dan diulangi setiap 1 – 2 minggu sesuai tingkat serangan.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

3.4 Bancol
Gambar 4. Bancol 50 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bancol 50 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan insektisida yaitu pestisida untuk membunuh serangga. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam antracol adalah Bensultap 50%. Cara aplikasi Bancol 50 WP adalah penyemprotan dengan menambahkan air. Waktu aplikasi pestisida yang baik yaitu pada saat waktu terjadi aliran udara naik. Sehingga waktu penyemprotan yang baik saat pagi hari sebelum jam 10 dan sore hari setelah jam 3.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

3.5 Rackus
Gambar 5. Rackus 80 PL
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Rackus 80 PL termasuk ke dalam jenis pestisida golongan rodentisida yaitu pestisida untuk membunuh hama tikus. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam rackus 80 PL adalah Mesophide 80%. Cara aplikasi Rackus 80 PL yaitu dengan dicampurkan pada bahan makanan. Waktu paling baik saat mencampurkan bahan makanan adalah pada saat tikus mencari makanan yaitu malam hari.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.




3.6 Ridomil
Gambar 6. Ridomil 35 SD
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ridomil 35 SD termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh jamur atau cendawan Scelospora maydis pada tanaman jagung dengan formulasi 35 SD. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Ridomil 35 SP  adalah Metalaksil 35%. Cara aplikasi Ridomil 35 SD adalah penyemprotan yaitu dengan mencampurkan 5 gram ridomil 35 SD dilarutkan dengan 7,5 ml air per kg benih jagung, kemudian campur merata sampai menutup seluruh permukaan benih jagung. Kemudian benih tersebut dikeringkan dan setelah kering siap dipakai.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.




3.7 Petrogenol
Gambar 7. Petrogenol 800 L
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Petrogenol 800 L termasuk ke dalam jenis pestisida golongan antraktan yaitu pestisida untuk membunuh hama lalat buah (Dacus sp) dengan formulasi 800 L. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Petrogenol 800 L adalah Metil eugel 800 g/l. Cara aplikasi Petrogenol 880 L adalah dengan mengikat yaitu dipaparkan pada medium kapas. Mampatkan kapas dengan dipilin sampai sebesar ibu jari kemudian diikat dengan kawat kecil. Teteskan Petrogenol 800 L sebanyak 0,125 – 0,25 ml (pada kapas sampai basah namun tidak menetes). Pasang pilinan kapas yang sudah diberi Petrogenol 800 L di dalam tabung perangkap sedemikian rupa sehingga menggantung pada bagian tengah tabung perangkap. Gantungkan perangkap pada dahan atau ranting setinggi 2 – 3 meter dari tanah atau di bagian dalam tajuk pohon.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

3.8 Dursban
Gambar 8. Dursban 200 EC
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dursban 200 EC termasuk ke dalam jenis pestisida golongan insektisida yaitu pestisida untuk membunuh serangga hama pada tanaman dengan formulasi 200 EC. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Dursban 200 EC adalah Klorpirifos 200 g/l. Cara aplikasi Dursban 200 EC adalah penyemprotan dengan cara kerja kontak, lambung, pernafasan yaitu jika Racun Kontak, maka hanya yang hama yang terkena kontak dengan pestisida ini yang akan merasakan efek kematiannya, tapi jika hama/serangga tersebut tidak terkena kontak, maka hama/serangganya tetap selamat.
Jika Racun Lambung, hanya jika termakan oleh hama/serangga saja baru ada efeknya
dan Racun Pernafasan hanya yang menghirupnya saja yang mati.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.


3.9 Daconil
Gambar 9. Daconil 75 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Daconil 75 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh jamur atau cendawan. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Daconil 75 WP adalah Klorotalonil 75%. Cara aplikasi Daconil 75 WP adalah penyemprotan dengan pertama dilakukan segera setelah ditemukan gejala dan diulang dengan interval tergantung jenis dan intensitas serangan patogen penyebab penyakit.  Konsentrasi 7.5-15 g/10 l air, 5-7 hari.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.






3.10 Indovin
Gambar 10. Indovin 85 SP
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Indovin 85 SP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan Insektisida yaitu pestisida untuk membunuh serangga hama ulat grayak (Spodoptera litera). Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Indovin 85 SP adalah Karbaril 85%. cara aplikasi Indovin 85 SP adalah dengan cara penyemprotan yang dicampur dengan air. Waktu aplikasi pestisida yang baik yaitu pada saat waktu terjadi aliran udara naik. Sehingga waktu penyemprotan yang baik saat pagi hari sebelum jam 10 dan sore hari setelah jam.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.





3.11 Agrept
Gambar 11. Agrept 20 WP
Sumber ;Dokumentasi Pribadi

Agrept 20 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan bakterisida yaitu pestisida untuk membunuh bakteri Psseudomonas solapareatum. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Agrept 20 WP adalah Streptomisin sulfat 20%. Cara aplikasi Agrept 20 WP adalah dengan penyemprotan yaitu konsentrasi 2 – 2,5 g/l penyemprotan volume tinggi dilakukan pada saat gejala penyakit tampak dengan intensitas masih sangat rendah setiap minggu sebanyak 7 kali.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.







3.12 Dithane
Gambar 12. Dhitane M-45 80 WP
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Dithane M-45 80 WP termasuk ke dalam jenis pestisida golongan fungisida yaitu pestisida untuk membunuh jamur atau cendawan pada tanaman apel. Jenis bahan aktif yang terkandung dalam Dithane M-45 80 WP adalah Mankozeb 80%. Cara aplikasi Dithane M-45 80 WP adalah penyemprotan volume tinggi dimulai 5 minggu setelah tanam apabila terlihat gejala serangan atau bila kelembaban tinggi dan suhu rata-rata harian diatas 27 derajat Celcius dan diulangi setiap 1 – 2 minggu sesuai tingkat serangan.
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi (langsung mematikan bagi serangga). Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.



IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “Mengenal Pestisida dan Aplikasinya” yaitu dalam membedakan formulasi pestisida sebelumnya harus mengetahui formulasi pestisida yang dibagi menjadi 2 yaitu padat dan cair. Formulasi pestisida bentuk cair antara lain yaitu 1) EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). 2) Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC). 3) Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC); 4) Soluble (SL); 5) Flowable (F) atau Flowabel ini Water (FW).; 6) Ultra Low Volume (ULV). Sedangkan formulasi pestisida dalam bentuk padat antara lain yaitu, 1) Wettable Powder (WP); 2) Soluble powder (S atau SP); 3) Butiran (G); 4) Water Dipersible Granule (WG atau WDG); 5) Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST); 6) Tepug Hembus atau Dust (D; 7) Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB).
Secara umum, kelebihan pestisida jenis ini adalah mudah di dapatkan di berbagai tempat, zatnya lebih cepat bereaksi pada tanaman yang di beri pestisida, kemasan lebih praktis, bersifat tahan lama untuk disimpan, dan daya racunnya tinggi ( langsung mematikan bagi serangga. Sedangkan kekurangannya adalah hama menjadi kebal (resisten), peledakan hama baru (resurjensi), penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen, terbunuhnya musuh alami, pencemaran lingkungan (air dan tanah ) oleh residu bahan kimia, tidak ramah lingkungan, harganya mahal, matinya musuh alami hama tanaman, dan matinya organisme yang berguna.

4.2 Saran

Saran yang saya berikan untuk praktikum selanjutnya yaitu melengkapi alat praktikum agar sesuai dengan yang ada di buku penuntun praktikum dasar perlindungan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2011. Penggolongan Pesitisida .(http://www.kesmas-unsoed.info/2011/05/makalah-pengertian-dan-penggolongan.html). diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Arief, 2013. Aplikasi Pestisida. (http://formatfpuns.blogspot.com/2013/02/formulasi-dan-aplikasi-pestisida-sebuah.html). diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Adawiaah, 2013. Ridomil 35 SD. (http://adawiiah.blogspot.com/2013/01/laporan-pengenalan-fungisida_6600.html). diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Balai Penyuluhan Kecamatan (BPK) Pekalongan, 2011. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida. (http://bpkkedungwuni.blogspot.com) Diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Devi, 2012. Agrept 20 WP. http://kebunbibit.com/1903-petrogenol-800l.html. diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Kristofer, 2010. Definisi Pestisida. (http://blogs.unpad.ac.id.) Diakses pada tanggal
Rasyid, 2011. Jenis-jenis Pestisida. http://tanibaru.blogspot.com/2011/04/antracol-fungisida.html. diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Sandy Rachmad, 2011. Cara Aplikasi Dursban 200 EC.  (http://blajartani.blogspot.com). Diakses pada tanggal 14 Mei 2014
Wang Jou, 2013. Formulasi Pestisida. (http://wang-jou.blogspot.com/2013/01/bentuk-bentuk-formulasi-pada-pestisida.html). diakses pada tanggal 14 Mei 2014


 




LAMPIRAN




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar