I.
PENDAHULUAN
1.1
Dasar
Teori
Hama
merupakan organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik,
dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam
pertanian. Terdapat 4 filum yang berptensi sebagai hama yaitu Aschelminthes,
Mollusca, Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda. Filum
Aschelminthes adalah hama yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman
(bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Filum Mollusca yang berperan
sebagai hama adalah dari klas gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot yang
memiliki tubuh lunak dan dilindungi oleh cangkang (shell) yang keras. Filum
Chordata yang umumnya dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas mamalia
(binatang menyusui) namun tidak semua binatang anggota klas mamalia bertindak
sebagai hama, contohnya : bangsa kera (primates). Filum Arthropoda adalah filum
terbesar di antara filum-filum lain karena lebih dari 75% dari
binatang-binatang yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini, yang
berperan penting sebagai hama adalah klas Arachnida (tungau) dan klas Insecta
atau Hexapoda (Serangga) (Hartati, 2009).
Ordo Orthoptera merupakan serangga
yang sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa
di antaranya yang bertindak sebagai predator. Tipe metamorfosis ordo Orthoptera
adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3 stadia (telur-nimfa-imago). Contoh
serangga jenis ini adalah belalang kayu (Valanga
nigricornis Burn.); belalang pedang (Sexava
spp.) dan lain-lain. Ordo Hemiptera, merupakan serangga yang mempunyai tipe
perkembangan hidup paurometabola yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur >
nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong
(rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap.
Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Contoh serangga
anggota ordo hemiptera ini adalah kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk); kepik buah lada (Dasynus viridula) dan lain-lain. Ordo Homoptera, merupakan serangga
yang mempunyai tipe perkembangan hidup paurometabola yaitu (telur-nimfa-imago).
Contoh serangga ordo Homoptera adalah kutu loncat (Heteropsylla);
dan kutu daun (Myzus persicae). Ordo Lepidoptera merupakan hama yang mempunyai
tipe alat mulut menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut
menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago).
Contoh serangga jenis ini adalah ulat daun kubis (Plutella xyllostella); dan kupu-kupu
pastur (Papilio memnon L). Ordo
Diptera merupakan
bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah,
predator dan parasitoid. Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong
–imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe
mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap
atau menjilat-mengisap. Contoh serangga jenis ini adalah lalat buah (Bactrocera sp.); lalat bibit
kedelai (Agromyza phaseoli Tryon);
lalat bibit padi (Hydrellia philippina);
dan hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason). Ordo Coleoptera merupakan tipe
serangga yang memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang berfungsi untuk
menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai
struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau
metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva –
kepompong (pupa) – dewasa (imago).
Contoh serangga jenis ini adalah kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L.); dan penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat. ) (Abrar,
2014).
Tipe
perkembangan hidup serangga terbagi atas dua tipe yaitu paurometabola dan
holometabola. Pada paurometabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum
berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan
habitat stadium dewasanya. Contoh paurometabola adalah jenis-jenis kepik
seperti walang sangit, yang nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik
dewasa, biasanya pada daun. Jenis-jenis belalang (Orthoptera) dan lipas
(Blattaria) juga termasuk paurometabola, nimfa dan stadium dewasanya hidup dan
makan pada habitat yang sama. Sedangkan pada holometabola mempunyai bentuk
pradewasa (larva dan pupa) jenis-jenis holometabola ini sangat berbeda dengan
stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu, ulat
hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu
indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat
dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula,
larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah
dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai makanannya. Contoh
serangga holometabola Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera)
dan semut serta lebah (Hymenoptera) (Pracaya, 2007).
Terdapat
beberapa tipe mulut serangga yaitu menggigit mengunyah, meraut dan menghisap,
menjilat menghisap, mulut menghisap, dan mulut menusuk menghisap. Tipe mulut
menggigit mengunyah terdiri dari sepasang bibir, organ penggiling untuk
menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Tipe mulut meraut
dan menghisap menyerang jaringan dan mengakibatkan berwarna putih atau belang
kemudian tanak mengerut. Tipe mulut menjilat menghisap, pada mulut lalat
(diptera), bahan pangan padat menjadi lembek dan buruk akibat ludah yang
dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru dihisap. Tipe
mulut menghisap, merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil,
dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Dan tipe mulut menusuk
menghisap merupakan gejala serangan pada bagian tanaman akan ditemukan bekas
tusukan silet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna (Edi Rahman,
2013).
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum 2 dengan materi “mengenal ordo
serangga hama” adalah:
1.
Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo
serangga hama tersebut.
2.
Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan
masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki)
sehingga memudahkan penglasifikasian/identifikasi ke enam serangga hama
tersebut.
II.BAHAN
DAN METODE
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi
“mengenal ordo serangga hama” dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2013 pukul
13.00-14.40 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum di Laboratorium Jurusan Budidaya
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
2.2
Bahan
dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Plutella xylostella (Larva), Imago Plutella xylostella, belalang kayu (Valanga nigricornis), Jangkrik (Gryllus
assimilis), Larva kumbang kelapa (uret), Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Walang sangit (Leptocorisa acuta), Kepik (Nezara
viridula), Kutu daun (Aphis sp), dan
Lalat buah (Dacus sp). Alat yang digunakan
adalah loupe, alat gambar, dan alat tulis lainnya.
2.3
Cara
Kerja
a. Membuat
hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama,
yang digambar adalah :
·
Bentuk serangga secara keseluruhan
·
Masing-masing bagian serangga, yaitu
sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdoment), dan
kaki.
·
Membuat resume singkat meliputi : gejala
serangan, tanaman yang diserang dan biologi serangga tersebut
(telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago).
b. Menggambar
hasil pengamatan (per kelompok) sebagai laporan sementara yang ditanda tangani
oleh asisten praktikum yang bertugas.
III.HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil Pengamatan
Tabel
1. Hasil Pengamatan Mengenal Ordo Serangga Hama
No
|
Nama Serangga
|
Ordo Serangga
|
Tipe
Perkembangan
|
Bentuk Sayap
|
Tipe Alat
Mulut
|
Bagian Tanaman
yang Diserang
|
1
|
Plutella xylostella (Larva)
|
Lepidoptera
|
Holometabola
|
-
|
Menggigit-mengunyah
|
Daun
|
2
|
Imago
Plutella xylostella
|
Lepidoptera
|
Holometabola
|
Bersisik
|
Menghisap-menusuk
|
Bunga
|
3
|
Belalang
kayu (Valanga nigricornis)
|
Orthoptera
|
Paurometabola
|
Lurus
|
Menggigit-
mengunyah
|
Daun
|
4
|
Jangkrik
(Gryllus assimillis)
|
Orthoptera
|
Paurometabola
|
Lurus
|
Menggigit-mengunyah
|
Batang
& daun
|
5
|
Larva
Kumbang kelapa (Uret)
|
Coloeptera
|
Holometabola
|
-
|
Menggigit-mengunyah
|
Akar,
batang, bahan organic
|
6
|
Kumbang
Kelapa (Oryctes rhinoceros)
|
Coloeptera
|
Holometabola
|
Seludang
|
Menggigit-mengunyah
|
Akar,
batang, bahan organik
|
7
|
Walang
Sangit (Leptocorisa acuta)
|
Hemiptera
|
paurometabola
|
Setengah
sayap
|
Menusuk-menghisap
|
Malar
padi
|
8
|
Kepik
(Nezara viridula)
|
Hemiptera
|
Paurometabola
|
Setengah
sayap
|
Menusuk-menghisap
|
Buah
|
9
|
Kutu
Daun (Aphis sp.)
|
Homoptera
|
Paurometabola
|
Sama
|
Menghisap
|
Daun
|
10
|
Lalat
Buah (Daccus sp.)
|
Diptera
|
holometabola
|
2
sayap
|
Larva
= menggigit-mengunyah
Imago
= menjilat
|
Buah
|
3.2
Pembahasan
3.2.1
Larva Plutella xylostella
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi dari Plutella xylostella termasuk ordo
Lepidoptera yang mempunyai kepala berwarna hitam bulat, tubuhnya berwarna hijau
muda terdapat bulu hitam tipis, mempunyai garis membujur pada tubuhnya, dan
terdiri atas empat instar. Larva Plutella
xylostella termasuk serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang memiliki
mulut dengan tipe alat menggigit-mengunyah, yang menyerang bagian bawah daun
atau permukaan atas daun sehingga daun sobek serta membentuk lubang-lubang
kecil.
Siklus hidup larva Plutella xylostella bebentuk telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna
kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun kubis. Namun,
di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka
mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6 hari. Larva (ulat) terdiri dari 4 instar,
berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar
dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru
keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan,
perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva
atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai
10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium
pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari (Habibi, 2012)..
Terdapat beberapa cara pengendalian larva Plutella xylostella adalah kultur teknis, pengendalian hayati,
dan secara mekanis. Secara kultur teknis dengan melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili
brassicaceae,contohnya tumpang sari
tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung,
serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Pada
Musim tanam lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan,
karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan. Pengendalian hayati dengan cara melepaskan
musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau
parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D.
semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria
bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Sedangkan pengendalian secara mekanis dengan membuat perangkap ngengat berupa
sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun tanaman
(Habibi, 2012).
3.2.2
Imago Plutella xylostella
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi
dari Imago Plutella xylostella termasuk
ordo serangga Lepidoptera yang mempunyai dua sayap yaitu sayap depan dan sayap
belakang yang berwarna cokelat, terdapat motif seperti batik pada bagian sayap
depan, mempunyai ekor dan antena yang
panjang. Imago Plutella xylostella
termasuk serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang memiliki tipe alat
mulut menghisap-menusuk yang menyerang bunga pada tanaman.
Siklus
hidup dar imago Plutella xylostella yaitu serangga dewasa berupa ngengat
(kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk
ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian
dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga
hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama
lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage
moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat
berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain
dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu
mulai dari telur hingga menjadi dewasa (Habibi, 2012).
Terdapat beberapa cara pengendalian Imago Plutella xylostella secara kultur teknis, pengendalian hayati,
dan secara mekanis. Secara kultur teknis dengan melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili
brassicaceae,contohnya tumpang sari
tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung,
serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Pada
Musim tanam lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan,
karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan. Pengendalian hayati dengan cara melepaskan
musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau
parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D.
semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria
bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya.
Sedangkan pengendalian secara mekanis dengan membuat perangkap ngengat berupa
sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun,
menangkap dan memusnahkannya (Habibi,
2012).
3.2.3
Belalang kayu (Valanga nigricornis)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi dari belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk ordo
Orthoptera yang mempunyai badan berwarna cokelat kekuningan, mempunyai kaki
depan yang pendek dan kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat,
bentuk sayap lurus, dan perut bergaris. Belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang daun
pada tanaman.
Siklus hidup dari belalang kayu (Valanga nigricornis) dimulai dari telur belalang menetas menjadi
nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ
reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun
setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama
masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali
(sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap
fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah
melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa
secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa
waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa
hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1
bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan
predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang
singkat akan berulang (Lugito, 2013).
Pengendalian belalang kayu (Valanga nigricornis) dapat
dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan
cara dibakar aga populasi dari belalang kayu dapat berkurang.
3.2.4
Jangkrik (Gryllus assimillis)
Sumber ; http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi dari jangkrik
(Gryllus assimillis) termasuk ordo
serangga Orthoptera yang mempunyai warna
cokelat kehitaman, kaki depan yang pendek dan kai belakang yang panjang
digunakan untuk melompat, dan sayap pendek dengan bentuk lurus. Jangkrik (Gryllus assimillis) merupakan serangga
dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut
menggigit-mengunyah menyerang batang dan daun tanaman.
Siklus hidup jangkrik
termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis
jangkrik meliputi fase telur, nimfa (pradewasa; "telendho" = bahasa
Jawa), dan imago (dewasa). Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan,
sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada
umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah
± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa
pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik
dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari. Peternak
jangkrik telur membutuhkan waktu ± 2 - 4 minggu untuk produksi telur, sedangkan
untuk produksi jangkrik muda (telendho) dibutuhkan waktu ± 2 bulan (Herlambang
Bagus, 2013).
Pengendalian
serangga jangkrik (Gryllus
assimillis) dapat dilakukan secara
mekanik yaitu dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibaka aga
populasi dari jangkrik dapat berkurang.
3.2.5
Larva Kumbang kelapa (Uret)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi larva kumbang kelapa (uret) termasuk ordo serangga
Coloeptera yang mempunyai badan besar, kepala hitam, dan kaki kecil. Larva
kumbang kelapa (uret) merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola
yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang akar, batang,
bahan organic pada tanaman kelapa.
Siklus hidup dari larva kumbang kelapa
dimulai dari telurnya yang diletakkan dalam tanah sekitar 5 cm. Larva
(uret) pada permulaannya hanya memakan humus dan kotoran lainnya. Namun,
setelah sedikit besar, uret memakan akar-akar tanaman yang masih hidup, bahkan
kadang memakan kulit batang yang berada dalam tanah sehingga bias menyebabkan
kematian tanaman masa berkepompongnya lebih kurang 2 bulan (Balitka,
2009).
Pengendalian larva kumbang kelapa (uret)
dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan menangkap kemudian membakar
agar populasi dari larva kumbang kelapa dapat berkurang.
3.2.6
Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi kumbang kelapa (Oryctes
rhinoceros) termasuk ordo serangga Coloeptera yang mempunyai warna hitam
pekat, kaki tajam, bertanduk, dan sayap hitam yang tebal berbentuk seludang.
Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros)
merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe
alat mulut menggigit-mengunyah menyerang akar, batang, dan bahan organic pada
tanaman kelapa.
Siklus hidup dari kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yang merupakan serangga yang mengalami
metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago.
Bertelur di tanah yang banyak humus atau bahkan bahan organic yang telah mulai
membusuk. Jumlah telurnya 45 butir. Setelah 13-23 hari, telur akan
menetas dan menjadi uret. Perkembangan dari telur sampai dewasa kira-kira
7-8 bulan (Balitka, 2009).
Pengendalian kumbang kelapa (Oryctes
rhinoceros) yaitu dengan cara sanitasi, penggunaan Baculovirus
oryctes, pemanfaatan feromon, pemanfaatan kanfer (naftalene balls), dan
Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake). Sanitasi dilakukan dengan
cara menebang tanaman yang sudah mati kemudian kayunya dimanfaatkan untuk kayu
bangunan, perabot rumah tangga atau kayu bakar. Kayu kelapa juga dapat ditumpuk
dan dibakar. Pembakaran batang kelapa ini dapat dilakukan secara bertahap
sampai semua terbakar dengan demikian tidak menjadi tempat berbiak dari hama
Oryctes. Penggunaan Baculovirus oryctes adalah
untuk mengendalikan populasi hama
Oryctes di lapangan. Kumbang Oryctes yang terinfeksi Baculovirus sudah tersedia
di laboratorium Balitka. Untuk pertanaman kelapa seluas 1 ha cukup dilepas 5
ekor terinfeksi Baculovirus. Pemanfaatan feromon yaitu kumbang Oryctes
diperangkap menggunakan pipa PVC yang bagian bawahnya ditutup dengan sepotong
kayu. Dua lubang dibuat pada jarak 26 cm dari bagian atas pipa, dan 130 cm dari
bagian bawah pipa. Lubang masuk dibuat dengan ukuran lebar 20 cm dan tinggi 10
cm untuk jalan masuk Oryctes. Feromon sintetik digantung lubang masuk tersebut.
Setiap perangkap dimasukkan 2 kg serbuk gergaji sebagai tempat berkembang biak
kumbang yang terperangkap hidup di dalamnya. Dua feromon dibutuhkan untuk
setiap hektar pertanaman kelapa. Pemanfaatan kanfer (naftalene balls) yaitu
Kanfer digunakan sebagai penolak (repellen) untuk hama Oryctes. Pada
tanaman kelapa berumur 3-5 tahun digunakan 3.5 g kanfer per pohon, yang
diletakkan pada tiga pangkal pelepah dibagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45
hari. Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) dengan cara serbuk
mimba (250 g) dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk
kelapa yang menjadi tempat masuk Oryctes. Aplikasi dilakukan pada 3-4 pangkal
pelepah pada bagian dengan interval 45 hari (Eka, 2011).
3.2.7
Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi walang sangit (Leptocorisa
acuta) termasuk ordo serangga Hemiptera yang mempunyai warna hijau pada
bagian bawah badan dan warna cokelat pada bagian atas badan, antenna yang
panjang, dan sayap setengah. Walang sangit (Leptocorisa
acuta) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang
mempunyai tipe alat mulut menusuk-menghisap menyerang malar padi.
Siklus hidup dari hama walang sangit (Leptocorisa
oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari
stadia telur, nimfa dan imago (Harahap dan Tjahyono, 1997). Walang sangit
dewasa meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun
bendera tanaman padi. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi
terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima
instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama
preoviposition + 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang
sangit + 46 hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009). Telur
setelah menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai mencari bulir padi yang
masih stadia masak susu sebagai makananan. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang
hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi
hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif
jauh terjadi pada sore atau malam hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi,
2009).
Pengendalian hama walang sangait secara kultur teknik, secara
biologis, serta dengan menggunakan perilaku serangga. Pengendalian secara
kultur teknis dengan cara plot-plot kecil ditanam
lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman
perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada
plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama
relatif berkurang populasi walang sangitnya. Secara biologis yaitu dengan cara
potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit
diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid
dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai
diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria
sp dan Metharizum sp. Sedangkan pengendalian dengan
menggunakan perilaku serangga adalah walang sangit tertarik oleh
senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum
sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian
secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga
efektif untuk menarik hama walang sangit (Dimas H., 2012).
3.2.8
Kepik (Nezara viridula)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi kepik (Nezara
viridula) termasuk ordo serangga Hemiptera yang mempunyai bentuk badan
lonjong, berwarna hijau dan bagian belakang berwarna hitam, mempunyai kaki 3
pasang, antenna pendek, dan setengah sayap. Kepik (Nezara viridula) merupakan serangga dengan tipe perkembangan
paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menusuk-menghisap menyerang buah
pada tanaman.
Siklus hidup dari kepik adalah jumlah telurnya lebih kurang 1.100
butir. Telur diletakkan berkelompok pada daun dengan masing-masing
berjumlah 10-90 butir. Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8
minggu. Jumlah daur hidupnya lebih kurang 60-80 hari, bahkan ada yang
bias mencapai setengah tahun. Warna nimfa cerah (Pracaya, 2004).
Pengendalian kepik (Nezara
viridula) dapat dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap, membuang,
memusnahkan dengan cara dibakar.
3.2.9
Kutu Daun (Aphis sp.)
Sumber : http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi kutu daun (Aphis sp.) termasuk ordo serangga Homoptera yang mempunyai bentuk
lonjong, sayap sama, dan berwarna hijau muda. Kutu daun (Aphis sp.) merupakan serangga dengan tipe perkembangan
paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menghisap menyerang daun pada
tanaman.
Siklus hidup kutu daun dimulai dari
telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas
menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago
kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva
menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya (Ditlinhorti, 2014).
Pengendalian hama kutu
daun dapat dilakukan dengan cara kultur teknik, fisik mekanik, dan hayati.
Secara kultur teknik adalah
sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian tanaman yang terserang dengan
cara di bakar. Secara fisik adalah penggunaan kain kassa / kelambu baik di
bedengan pesemaian maupun di lapangan dan penggunaan perangkap air
berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang
ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Secara hayati adalah pemanfaatan
musuh alami parasitoid Aphidius sp.,
predator kumbang Coccinella transversalis,
Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora
sp., Verticillium sp
(Ditlinhorti, 2014)
3.2.10
Lalat Buah (Daccus sp)
Sumber :
http://www.google.com/image
|
Sumber : http://www.google.com/image
|
Morfologi
lalat buah (Daccus sp.) termasuk ordo
Diptera yang mempunyai 2 sayap, berwarna cokelat bergaris hitam, dan antena
pendek. Lalat buah (Daccus sp.)
merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe
alat mulut pada larva = menggigit mengunyah dan imago = menjilat menyerang buah
pada tanaman.
Metamorfosis
pada Drosophila termasuk metamorfosis
sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar
III – pupa – imago. Perkembangan dimulai segera setelah
terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik
di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari
telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti
ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (vivit, 2013).
Pengendalian
lalat buah (Daccus sp.) dilakukan
secara mekanik yaitu dengan menangkap lalat menggunakan jaring maupun tangan
kemudian membuang dan dimusnahkan agar populasi lalat buah tidak berkembang
banyak.
IV.PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan
praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “mengenal ordo serangga hama”
dapat disimpulkan bahwa dalam mengetahui perbedaan ordo serangga, terlebih
dahulu mengetahui ordo serangga yang bertindak sebagai hama di bagi menjadi
enam yaitu Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera, dan
Coloeptera.
Pengidentifikasian ke
enam ordo serangga hama dilakukan dengan mengetahui perbedaan masing-masing
bagian tubuh serangga yaitu kepala (caput), dada (thorax), sayap depan dan
belakang, perut (abdomen), dan kaki.
4.2 Saran
Saran untuk kegiatan
praktikum selanjutnya dalam pemilihan contoh serangga dari ke enam ordo yang
mudah di cari di sekitar lingkungan, agar praktikan mendapatkan semua contoh
sehingga dapat diklasifikasikan secara baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Balai Besar Penelitian tanaman padi,
2009. Siklus Hidup Hama Walang Sangit.
Erlangga, Jakarta
Balitka,
2009. Siklus Hidup Kumbang Kelapa. http://balitka.litbang.deptan.go.id. Diakses
pada tanggal 15 April 2014
Dimas H., 2012. Pengendalian Walang Sangit. http://dimas-hamdayu-r.blog.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal
Ditlinhorti,
2014. Hama Kutu Daun dan Pengendaliannya.
http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2014
Edi Rahman, 2013. Tipe Mulut Serangga. http://edirahman.blogspot.com. Diakses pada tanggal
13 April 2014
Eka, 2011. Pengendalian Kumbang Kelapa. http://ekaboymaster.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 15 April 2014
Hartati, 2009. Laporan
Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. diakses pada tanggal 13
April 2014
Habibi,
2012. Larva Serangga Plutella xylostella.
http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014
Habibi,
2012. Imago Serangga Plutella xylostella.
http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com. Diakses pada tanggal
Herlambang Bagus,
2013. Siklus Hidup Jangkrik. http://tutorialbudidaya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 April 2014
Lugito, 2013. Siklus Hidup Belalang Kayu. http://lugito-center.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 14 April 2014
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. 15 April 2014
Vivit, 2013. Siklus Hidup Lalat Buah. http://vivitdianty.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar