Kamis, 13 November 2014

Laporan Praktikum Perlintan "Mengenal Ordo Serangga Hama"



I.     PENDAHULUAN

1.1              Dasar Teori
Hama merupakan organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan secara fisik, dan ke dalamnya praktis adalah semua hewan yang menyebabkan kerugian dalam pertanian. Terdapat 4 filum yang berptensi sebagai hama yaitu Aschelminthes, Mollusca, Chordata (binatang bertulang belakang), dan Arthropoda. Filum Aschelminthes adalah hama yang banyak dikenal berperan sebagai hama tanaman (bersifat parasit) adalah anggota klas Nematoda. Filum Mollusca yang berperan sebagai hama adalah dari klas gastropoda yang salah satu jenisnya adalah Achatina fulica Bowd atau bekicot yang memiliki tubuh lunak dan dilindungi oleh cangkang (shell) yang keras. Filum Chordata yang umumnya dijumpai sebagai hama tanaman adalah dari klas mamalia (binatang menyusui) namun tidak semua binatang anggota klas mamalia bertindak sebagai hama, contohnya : bangsa kera (primates). Filum Arthropoda adalah filum terbesar di antara filum-filum lain karena lebih dari 75% dari binatang-binatang yang telah dikenal merupakan anggota dari filum ini, yang berperan penting sebagai hama adalah klas Arachnida (tungau) dan klas Insecta atau Hexapoda (Serangga) (Hartati, 2009).
Ordo Orthoptera merupakan serangga yang sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak sebagai predator. Tipe metamorfosis ordo Orthoptera adalah paurometabola yaitu terdiri dari 3 stadia (telur-nimfa-imago). Contoh serangga jenis ini adalah belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.); belalang pedang (Sexava spp.) dan lain-lain. Ordo Hemiptera, merupakan serangga yang mempunyai tipe perkembangan hidup paurometabola yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa > imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman. Contoh serangga anggota ordo hemiptera ini adalah kepik buah jeruk (Rynchocoris poseidon Kirk); kepik buah lada (Dasynus viridula) dan lain-lain. Ordo Homoptera, merupakan serangga yang mempunyai tipe perkembangan hidup paurometabola yaitu (telur-nimfa-imago). Contoh serangga ordo Homoptera adalah kutu loncat (Heteropsylla); dan  kutu daun (Myzus persicae). Ordo Lepidoptera merupakan hama yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe “holometebola” (telur-larva-pupa-imago). Contoh serangga jenis ini adalah ulat daun kubis (Plutella xyllostella); dan kupu-kupu pastur (Papilio memnon L). Ordo Diptera merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan, pengisap darah, predator dan parasitoid. Metamorfosisnya “holometabola” (telur-larva-kepompong –imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-mengisap atau menjilat-mengisap. Contoh serangga jenis ini adalah lalat buah (Bactrocera sp.);  lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon); lalat bibit padi (Hydrellia philippina); dan  hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason). Ordo Coleoptera merupakan tipe serangga yang memiliki sayap depan yang mengeras  dan tebal seperti seludang berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe “holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago).  Contoh serangga jenis ini adalah kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L.); dan penggerek batang cengkeh (Nothopeus fasciatipennis Wat. ) (Abrar, 2014).
Tipe perkembangan hidup serangga terbagi atas dua tipe yaitu paurometabola dan holometabola. Pada paurometabola, bentuk nimfa mirip dewasa hanya saja sayap belum berkembang dan habitat (tempat tinggal dan makanan) nimfa biasanya sama dengan habitat stadium dewasanya. Contoh paurometabola adalah jenis-jenis kepik seperti walang sangit, yang nimfanya menempati habitat yang sama dengan kepik dewasa, biasanya pada daun. Jenis-jenis belalang (Orthoptera) dan lipas (Blattaria) juga termasuk paurometabola, nimfa dan stadium dewasanya hidup dan makan pada habitat yang sama. Sedangkan pada holometabola mempunyai bentuk pradewasa (larva dan pupa) jenis-jenis holometabola ini sangat berbeda dengan stadium dewasanya. Perhatikanlah bentuk bentuk larva seperti ulat bulu, ulat hijau, ulat jengkal yang kelak menjadi pupa dan kemudian menjadi kupu-kupu indah dan berwarna-warni. Habitat larva bisanya sangat berbeda dari habitat dewasanya. Ulat makan daun sedangkan kupu mengisap cairan bunga. Demikian pula, larva lebah madu dipelihara oleh pekerja (dalam koloni), makan madu; tapi lebah dewasa yang bersayap terbang mencari serbuk bunga sebagai makanannya. Contoh serangga holometabola Kumbang (Coleoptera), kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera) dan semut serta lebah (Hymenoptera) (Pracaya, 2007).
Terdapat beberapa tipe mulut serangga yaitu menggigit mengunyah, meraut dan menghisap, menjilat menghisap, mulut menghisap, dan mulut menusuk menghisap. Tipe mulut menggigit mengunyah terdiri dari sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek. Tipe mulut meraut dan menghisap menyerang jaringan dan mengakibatkan berwarna putih atau belang kemudian tanak mengerut. Tipe mulut menjilat menghisap, pada mulut lalat (diptera), bahan pangan padat menjadi lembek dan buruk akibat ludah yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru dihisap. Tipe mulut menghisap, merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila palpusnya berkembang tidak sempurna. Dan tipe mulut menusuk menghisap merupakan gejala serangan pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan silet yang akan menyebabkan terjadinya perubahan warna (Edi Rahman, 2013).

1.2    Tujuan
Tujuan praktikum 2 dengan materi “mengenal ordo serangga hama” adalah:
1.    Untuk mengetahui perbedaan ke enam ordo serangga hama tersebut.
2.    Untuk mengetahui lebih jelas perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga (kepala, dada, sayap, perut, dan kaki) sehingga memudahkan penglasifikasian/identifikasi ke enam serangga hama tersebut.
II.BAHAN DAN METODE

2.1    Waktu dan Tempat
Praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “mengenal ordo serangga hama” dilaksanakan pada hari Sabtu, 12 April 2013 pukul 13.00-14.40 WIB. Tempat pelaksanaan praktikum di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.

2.2    Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Plutella xylostella (Larva), Imago Plutella xylostella, belalang kayu (Valanga nigricornis), Jangkrik (Gryllus assimilis), Larva kumbang kelapa (uret), Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros), Walang sangit (Leptocorisa acuta), Kepik (Nezara viridula), Kutu daun (Aphis sp), dan Lalat buah (Dacus sp). Alat yang digunakan adalah loupe, alat gambar, dan alat tulis lainnya.

2.3    Cara Kerja
a.       Membuat hasil pengamatan dalam bentuk gambar dari masing-masing ordo serangga hama, yang digambar adalah :
·         Bentuk serangga secara keseluruhan
·         Masing-masing bagian serangga, yaitu sayap depan dan belakang, kepala (caput), dada (thorax), perut (abdoment), dan kaki.
·         Membuat resume singkat meliputi : gejala serangan, tanaman yang diserang dan biologi serangga tersebut (telur-larva-pupa-imago atau telur-nimfa-imago).
b.      Menggambar hasil pengamatan (per kelompok) sebagai laporan sementara yang ditanda tangani oleh asisten praktikum yang bertugas.

 

III.HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Pengamatan Mengenal Ordo Serangga Hama
No
Nama Serangga
Ordo Serangga
Tipe Perkembangan
Bentuk Sayap
Tipe Alat Mulut
Bagian Tanaman yang Diserang
1
Plutella xylostella (Larva)
Lepidoptera
Holometabola
-
Menggigit-mengunyah
Daun
2
Imago Plutella xylostella
Lepidoptera
Holometabola
Bersisik
Menghisap-menusuk
Bunga
3
Belalang kayu (Valanga nigricornis)
Orthoptera
Paurometabola
Lurus
Menggigit- mengunyah
Daun
4
Jangkrik (Gryllus assimillis)
Orthoptera
Paurometabola
Lurus
Menggigit-mengunyah
Batang & daun
5
Larva Kumbang kelapa (Uret)
Coloeptera
Holometabola
-
Menggigit-mengunyah
Akar, batang, bahan organic
6
Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Coloeptera
Holometabola
Seludang
Menggigit-mengunyah
Akar, batang, bahan organik
7
Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Hemiptera
paurometabola
Setengah sayap
Menusuk-menghisap
Malar padi
8
Kepik (Nezara viridula)
Hemiptera
Paurometabola
Setengah sayap
Menusuk-menghisap
Buah
9
Kutu Daun (Aphis sp.)
Homoptera
Paurometabola
Sama
Menghisap
Daun
10
Lalat Buah (Daccus sp.)
Diptera
holometabola
2 sayap
Larva = menggigit-mengunyah
Imago = menjilat
Buah



3.2 Pembahasan
3.2.1 Larva Plutella xylostella
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi dari Plutella xylostella termasuk ordo Lepidoptera yang mempunyai kepala berwarna hitam bulat, tubuhnya berwarna hijau muda terdapat bulu hitam tipis, mempunyai garis membujur pada tubuhnya, dan terdiri atas empat instar. Larva Plutella xylostella termasuk serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang memiliki mulut dengan tipe alat menggigit-mengunyah, yang menyerang bagian bawah daun atau permukaan atas daun sehingga daun sobek serta membentuk lubang-lubang kecil.
Siklus hidup larva Plutella xylostella bebentuk telur kecil bulat atau oval ukuran 0,6 x 0,3 mm, berwarna kuning, diletakkan secara tunggal atau berkelompok di bawah daun kubis. Namun, di laboratorium bila ngengat (dewasa) betina dihadapkan pada tanaman muda maka mereka bertelur pada bagian batang. Stadium telur antara 3-6 hari. Larva (ulat) terdiri dari 4 instar, berwarna hijau, lincah, dan bila tersentuh larva akan menjatuhkan diri.. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm. Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari (Habibi, 2012)..
Terdapat beberapa cara pengendalian larva Plutella xylostella adalah kultur teknis, pengendalian hayati, dan secara mekanis. Secara kultur teknis dengan melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae,contohnya  tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Pada Musim tanam lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan. Pengendalian hayati dengan cara melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya. Sedangkan pengendalian secara mekanis dengan membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun tanaman (Habibi, 2012).

3.2.2 Imago Plutella xylostella
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi dari Imago Plutella xylostella termasuk ordo serangga Lepidoptera yang mempunyai dua sayap yaitu sayap depan dan sayap belakang yang berwarna cokelat, terdapat motif seperti batik pada bagian sayap depan,  mempunyai ekor dan antena yang panjang. Imago Plutella xylostella termasuk serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang memiliki tipe alat mulut menghisap-menusuk yang menyerang bunga pada tanaman.
Siklus hidup dar imago Plutella xylostella yaitu serangga dewasa berupa ngengat (kupu-kupu) berukuran kecil, berbentuk ramping, berwarna coklat-kelabu, panjangnya ±1,25 cm, sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas yaitu tiga titik kuning seperti berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian (diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan ngengat kubis (cabbage moth). Aktif pada malam hari (nocturnal), dapat berpindah-pindah dari satu tanaman ke tanaman lain atau daerah ke daerah lain dengan bantuan hembusan angin. Siklus hidup berlangsung sekitar 2-3 minggu mulai dari telur hingga menjadi dewasa (Habibi, 2012).
Terdapat beberapa cara pengendalian Imago Plutella xylostella secara kultur teknis, pengendalian hayati, dan secara mekanis. Secara kultur teknis dengan melakukan pergiliran tanaman yang bukan famili brassicaceae,contohnya  tumpang sari tanaman kubis dengan tomat, daun bawang dan jagung, serta penanaman tanaman perangkap seperti Rape di sekeliling kebun. Pada Musim tanam lebih baik untuk menanam kubis dan brassica lain pada musim hujan, karena populasi hama tersebut dapat dihambat oleh curah hujan. Pengendalian hayati dengan cara melepaskan musuh alami berupa predator (Paederus sp, Harpalus sp.) atau parasitoid (Cotesia plutella, Diadegma eucerophaga, dan D. semiclausum), dan patogen (Bacillus thuringiensis, Beauveria bassiana) yang bila diaplikasikan dapat menekan populasi dan serangannya. Sedangkan pengendalian secara mekanis dengan membuat perangkap ngengat berupa sex feromon sintesis yang disebut ugratus Ungu yang dipasang di sekitar kebun, menangkap dan memusnahkannya (Habibi, 2012).





3.2.3 Belalang kayu (Valanga nigricornis)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi dari belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk ordo Orthoptera yang mempunyai badan berwarna cokelat kekuningan, mempunyai kaki depan yang pendek dan kaki belakang yang panjang digunakan untuk melompat, bentuk sayap lurus, dan perut bergaris. Belalang kayu (Valanga nigricornis) termasuk serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang daun pada tanaman.
Siklus hidup dari belalang kayu (Valanga nigricornis) dimulai dari telur belalang menetas menjadi nimfa, dengan tampilan belalang dewasa versi mini tanpa sayap dan organ reproduksi. Nimfa belalang yang baru menetas biasanya berwarna putih, namun setelah terekspos sinar matahari, warna khas mereka akan segera muncul. Selama masa pertumbuhan, nimfa belalang akan mengalami ganti kulit berkali kali (sekitar 4-6 kali) hingga menjadi belalang dewasa dengan tambahan sayap fungsional. Masa hidup belalang sebagai nimfa adalah 25-40 hari. Setelah melewati tahap nimfa, dibutuhkan 14 hari bagi mereka untuk menjadi dewasa secara seksual. Setelah itu hidup mereka hanya tersisa 2-3 minggu, dimana sisa waktu itu digunakan untuk reproduksi dan meletakkan telur mereka. Total masa hidup belalang setelah menetas adalah sekitar 2 bulan (1 bulan sebagai nimfa, 1 bulan sebagai belalang dewasa), itupun jika mereka selamat dari serangan predator. Setelah telur yang mereka hasilkan menetas, daur hidup belalang yang singkat akan berulang (Lugito, 2013).
Pengendalian belalang kayu (Valanga nigricornis) dapat dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibakar aga populasi dari belalang kayu dapat berkurang.

3.2.4 Jangkrik (Gryllus assimillis)
Sumber ; http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi dari jangkrik (Gryllus assimillis) termasuk ordo serangga Orthoptera yang  mempunyai warna cokelat kehitaman, kaki depan yang pendek dan kai belakang yang panjang digunakan untuk melompat, dan sayap pendek dengan bentuk lurus. Jangkrik (Gryllus assimillis) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang batang dan daun tanaman.
Siklus hidup jangkrik termasuk serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Fase metamorfosis jangkrik meliputi fase telur, nimfa (pradewasa; "telendho" = bahasa Jawa), dan imago (dewasa). Siklus hidup jangkrik betina adalah > 3 bulan, sedangkan jangkrik jantan kurang < 3 bulan. Telur jangkrik akan menetas pada umur ± 13 hari, umur nimfa adalah ± 1,5 bulan, dan umur jangkrik dewasa adalah ± 1,5 bulan. Nimfa jangkrik akan berganti kulit sebanyak 6-8 kali selama masa pertumbuhannya. Setelah nimfa ganti kulit yang terakhir akan menjadi jangkrik dewasa, jangkrik dewasa akan mulai kawin setelah umur 3-4 hari. Peternak jangkrik telur membutuhkan waktu ± 2 - 4 minggu untuk produksi telur, sedangkan untuk produksi jangkrik muda (telendho) dibutuhkan waktu ± 2 bulan (Herlambang Bagus, 2013).
Pengendalian serangga jangkrik (Gryllus assimillis) dapat dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibaka aga populasi dari jangkrik dapat berkurang.

3.2.5 Larva Kumbang kelapa (Uret)
Sumber : http://www.google.com/image
Mata
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi larva kumbang kelapa (uret) termasuk ordo serangga Coloeptera yang mempunyai badan besar, kepala hitam, dan kaki kecil. Larva kumbang kelapa (uret) merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang akar, batang, bahan organic pada tanaman kelapa.
Siklus hidup dari larva kumbang kelapa dimulai dari telurnya yang diletakkan dalam tanah sekitar 5 cm.  Larva (uret) pada permulaannya hanya memakan humus dan kotoran lainnya.  Namun, setelah sedikit besar, uret memakan akar-akar tanaman yang masih hidup, bahkan kadang memakan kulit batang yang berada dalam tanah sehingga bias menyebabkan kematian tanaman masa berkepompongnya lebih kurang 2 bulan  (Balitka, 2009).
Pengendalian larva kumbang kelapa (uret) dapat dilakukan dengan cara mekanik yaitu dengan menangkap kemudian membakar agar populasi dari larva kumbang kelapa dapat berkurang.

3.2.6 Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) termasuk ordo serangga Coloeptera yang mempunyai warna hitam pekat, kaki tajam, bertanduk, dan sayap hitam yang tebal berbentuk seludang. Kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe alat mulut menggigit-mengunyah menyerang akar, batang, dan bahan organic pada tanaman kelapa.
Siklus hidup dari kumbang  kelapa (Oryctes rhinoceros) yang merupakan serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yang melewati stadia telur, larva, pupa, dan imago.  Bertelur di tanah yang banyak humus atau bahkan bahan organic yang telah mulai membusuk.  Jumlah telurnya 45 butir.  Setelah 13-23 hari, telur akan menetas dan menjadi uret.  Perkembangan dari telur sampai dewasa kira-kira 7-8 bulan    (Balitka, 2009).
Pengendalian kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros) yaitu dengan cara sanitasi, penggunaan Baculovirus oryctes, pemanfaatan feromon, pemanfaatan kanfer (naftalene balls), dan Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake). Sanitasi dilakukan dengan cara menebang tanaman yang sudah mati kemudian kayunya dimanfaatkan untuk kayu bangunan, perabot rumah tangga atau kayu bakar. Kayu kelapa juga dapat ditumpuk dan dibakar. Pembakaran batang kelapa ini dapat dilakukan secara bertahap sampai semua terbakar dengan demikian tidak menjadi tempat berbiak dari hama Oryctes. Penggunaan Baculovirus oryctes adalah  untuk mengendalikan populasi hama Oryctes di lapangan. Kumbang Oryctes yang terinfeksi Baculovirus sudah tersedia di laboratorium Balitka. Untuk pertanaman kelapa seluas 1 ha cukup dilepas 5 ekor terinfeksi Baculovirus. Pemanfaatan feromon yaitu kumbang Oryctes diperangkap menggunakan pipa PVC yang bagian bawahnya ditutup dengan sepotong kayu. Dua lubang dibuat pada jarak 26 cm dari bagian atas pipa, dan 130 cm dari bagian bawah pipa. Lubang masuk dibuat dengan ukuran lebar 20 cm dan tinggi 10 cm untuk jalan masuk Oryctes. Feromon sintetik digantung lubang masuk tersebut. Setiap perangkap dimasukkan 2 kg serbuk gergaji sebagai tempat berkembang biak kumbang yang terperangkap hidup di dalamnya. Dua feromon dibutuhkan untuk setiap hektar pertanaman kelapa. Pemanfaatan kanfer (naftalene balls) yaitu  Kanfer digunakan sebagai penolak (repellen) untuk hama Oryctes.  Pada tanaman kelapa berumur 3-5 tahun digunakan  3.5 g kanfer per pohon, yang diletakkan pada tiga pangkal pelepah dibagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari. Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) dengan cara serbuk mimba (250 g) dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjadi tempat masuk Oryctes. Aplikasi dilakukan pada 3-4 pangkal pelepah pada bagian dengan interval 45 hari (Eka, 2011).


3.2.7 Walang Sangit (Leptocorisa acuta)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi walang sangit (Leptocorisa acuta) termasuk ordo serangga Hemiptera yang mempunyai warna hijau pada bagian bawah badan dan warna cokelat pada bagian atas badan, antenna yang panjang, dan sayap setengah. Walang sangit (Leptocorisa acuta) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menusuk-menghisap menyerang malar padi.
Siklus hidup dari hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) mengalami metamorfosis sederhana yang perkembangannya dimulai dari stadia telur, nimfa dan imago (Harahap dan Tjahyono, 1997). Walang sangit dewasa meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman khususnya pada area daun bendera  tanaman padi. Lama periode bertelur 57 hari dengan total produksi terlur per induk + 200 butir. Lama stadia telur 7 hari, terdapat lima instar pertumbuhan nimpa yang total lamanya + 19 hari. Lama preoviposition + 21 hari, sehingga lama satu siklus hidup hama walang sangit + 46 hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009). Telur setelah menetas menjadi nimfa aktif bergerak ke malai mencari bulir padi yang masih stadia masak susu sebagai makananan. Nimpa-nimpa dan dewasa pada siang hari yang panas bersembunyi dibawah kanopi tanaman. Serangga dewasa pada pagi hari aktif terbang dari rumpun ke rumpun sedangkan penerbangan yang relatif jauh terjadi pada sore atau malam hari (Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009).
Pengendalian hama walang sangait secara kultur teknik, secara biologis, serta dengan menggunakan perilaku serangga. Pengendalian secara kultur teknis dengan cara plot-plot kecil ditanam lebih awal dari pertanaman sekitarnya dapat digunakan sebagai tanaman perangkap. Setelah tanaman perangkap berbunga walang sangit akan tertarik pada plot tanaman perangkan dan dilakukan pemberantasan sehingga pertanaman utama relatif berkurang populasi walang sangitnya. Secara biologis yaitu dengan cara potensi agens hayati pengendali hama walang sangit masih sangat sedikit diteliti. Beberapa penelitian telah dilakukan terutama pemanfaatan parasitoid dan jamur masih skala rumah kasa atau semi lapang. Parasitoid yang mulai diteliti adalah O. malayensis sedangkan jenis jamurnya adalan Beauveria sp dan Metharizum sp. Sedangkan pengendalian dengan menggunakan perilaku serangga adalah walang sangit tertarik oleh senyawa (bebauan) yang dikandung tanaman Lycopodium sp dan Ceratophylum sp. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk menarik hama walang sangit dan kemudian secara fisik dimatikan. Bau bangkai binatang terutama bangkai kepiting juga efektif untuk menarik hama walang sangit (Dimas H., 2012).

3.2.8 Kepik (Nezara viridula)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi kepik (Nezara viridula) termasuk ordo serangga Hemiptera yang mempunyai bentuk badan lonjong, berwarna hijau dan bagian belakang berwarna hitam, mempunyai kaki 3 pasang, antenna pendek, dan setengah sayap. Kepik (Nezara viridula) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menusuk-menghisap menyerang buah pada tanaman.
Siklus hidup dari kepik adalah jumlah telurnya lebih kurang 1.100 butir.  Telur diletakkan berkelompok pada daun dengan masing-masing berjumlah 10-90 butir.  Perkembangan telur sampai dewasa lebih kurang 4-8 minggu.  Jumlah daur hidupnya lebih kurang 60-80 hari, bahkan ada yang bias mencapai setengah tahun.  Warna nimfa cerah (Pracaya, 2004).
Pengendalian kepik (Nezara viridula) dapat dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap, membuang, memusnahkan dengan cara dibakar.

3.2.9 Kutu Daun (Aphis sp.)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi kutu daun (Aphis sp.) termasuk ordo serangga Homoptera yang mempunyai bentuk lonjong, sayap sama, dan berwarna hijau muda. Kutu daun (Aphis sp.) merupakan serangga dengan tipe perkembangan paurometabola yang mempunyai tipe alat mulut menghisap menyerang daun pada tanaman.
Siklus hidup kutu daun dimulai dari telur yang menetas pada umur 3 sd 4 hari setelah diletakan. Telur menetas menjadi larva dan hidup selama 14 sd 18 hari dan berubah menjadi imago. Imago kutu daun mulai bereproduksi pada umur 5 sd 6 hari pasca perubahan dari larva menjadi imago. Imago kutu daun dapat bertelur sampai 73 telur selama hidupnya (Ditlinhorti, 2014).
Pengendalian hama kutu daun dapat dilakukan dengan cara kultur teknik, fisik mekanik, dan hayati. Secara kultur teknik adalah sanitasi dan pemusnahan gulma dan bagian   tanaman yang terserang dengan cara di bakar. Secara fisik adalah penggunaan kain kassa / kelambu baik di  bedengan pesemaian maupun di lapangan dan penggunaan perangkap air berwarna kuning sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang ditengah pertanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. Secara hayati adalah pemanfaatan musuh alami parasitoid Aphidius sp., predator kumbang Coccinella transversalis, Menochillus sexmaculata, Chrysopa sp., larva syrphidae, Harmonia octomaculata, Microphis lineata, Veranius sp. dan patogen Entomophthora sp., Verticillium sp (Ditlinhorti, 2014)

3.2.10 Lalat Buah (Daccus sp)
Sumber : http://www.google.com/image
Sumber : http://www.google.com/image
Morfologi lalat buah (Daccus sp.) termasuk ordo Diptera yang mempunyai 2 sayap, berwarna cokelat bergaris hitam, dan antena pendek. Lalat buah (Daccus sp.) merupakan serangga dengan tipe perkembangan holometabola yang mempunyai tipe alat mulut pada larva = menggigit mengunyah dan imago = menjilat menyerang buah pada tanaman.
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna, yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa – imago. Perkembangan dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode. Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24 jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan (vivit, 2013).
Pengendalian lalat buah (Daccus sp.) dilakukan secara mekanik yaitu dengan menangkap lalat menggunakan jaring maupun tangan kemudian membuang dan dimusnahkan agar populasi lalat buah tidak berkembang banyak.


IV.PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan praktikum dasar-dasar perlindungan tanaman materi “mengenal ordo serangga hama” dapat disimpulkan bahwa dalam mengetahui perbedaan ordo serangga, terlebih dahulu mengetahui ordo serangga yang bertindak sebagai hama di bagi menjadi enam yaitu Orthoptera, Hemiptera, Homoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Coloeptera.
Pengidentifikasian ke enam ordo serangga hama dilakukan dengan mengetahui perbedaan masing-masing bagian tubuh serangga yaitu kepala (caput), dada (thorax), sayap depan dan belakang, perut (abdomen), dan kaki.

4.2 Saran
Saran untuk kegiatan praktikum selanjutnya dalam pemilihan contoh serangga dari ke enam ordo yang mudah di cari di sekitar lingkungan, agar praktikan mendapatkan semua contoh sehingga dapat diklasifikasikan secara baik.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abrar, 2014. Ordo Serangga Hama. http://abrar.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 14 April 2014
Balai Besar Penelitian tanaman padi, 2009. Siklus Hidup Hama Walang Sangit. Erlangga, Jakarta
Balitka, 2009. Siklus Hidup Kumbang Kelapa. http://balitka.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 15 April 2014
Dimas H., 2012. Pengendalian Walang Sangit. http://dimas-hamdayu-r.blog.ugm.ac.id. Diakses pada tanggal
Ditlinhorti, 2014. Hama Kutu Daun dan Pengendaliannya. http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 16 April 2014
Edi Rahman, 2013. Tipe Mulut Serangga. http://edirahman.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 April 2014
Eka, 2011. Pengendalian Kumbang Kelapa. http://ekaboymaster.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014
Hartati, 2009. Laporan Praktikum Zoologi. http:// biologi-staincrb.web.id. diakses pada tanggal 13 April 2014
Habibi, 2012. Larva Serangga Plutella xylostella. http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014
Habibi, 2012. Imago Serangga Plutella xylostella. http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com. Diakses pada tanggal
Herlambang Bagus, 2013. Siklus Hidup Jangkrik.  http://tutorialbudidaya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 13 April 2014
Lugito, 2013. Siklus Hidup Belalang Kayu. http://lugito-center.blogspot.com. Diakses pada tanggal 14 April 2014
Pracaya, 2004. Siklus Hidup Kepik. http://pracaya.blogspot.com. Diakses pada tanggal 16 April 2014
Pracaya, 2007. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta. 15 April 2014
Vivit, 2013. Siklus Hidup Lalat Buah. http://vivitdianty.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014





LAMPIRAN






Tidak ada komentar:

Posting Komentar